Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Humor Artikel Utama FEATURED

Sekarang, Jaga Jarak Dibilang "Lebay" dan Takut Corona Dibilang "Cemen"

28 Juni 2020   20:10 Diperbarui: 16 November 2020   15:54 1795
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga berolahraga saat hari bebas berkendara atau car free day (CFD) di kawasan Jalan MH Thamrin, Jakarta, Minggu (21/6/2020). | Sumber foto: Kompas.com - Antara/Galih Pradipta

Jangan-jangan memang benar kalau virus corona itu hanya propaganda. Bikinan elit global yang mencoba menguasai dunia. Atau malah bikinan elit haters yang mencoba menggagalkan Liverpool meraih juara Liga Inggris. Walau ujung-ujungnya upaya itu gagal, tapi sempat bikin penggemar Liverpool seluruh dunia ketar-ketir.

Hmm, sungguh terlalu.

Kini, kian hari kian terkuak sudah bahwa pandemi akibat virus corona tidak membuat masyarakat dunia, khususnya Indonesia, ketakutan. Setelah kurang lebih tiga bulan masyarakat disuruh-suruh ngejogrok di rumah, nggak usah masuk kerja, nggak usah sekolah, nggak usah ke mal, nggak usah piknik, nggak usah CFD-an, sekarang mah bebas-bebas saja. Kecuali sekolahan yang masih tutup, hampir semua tempat sudah buka untuk menyedot animo masyarakat.

Buktinya buanyak banget. Lihat saja berita hari ini dipenuhi gambar-gambar masyarakat antusias menuju ke daerah Puncak dan memadati GBK serta jalanan lainnya untuk berolahraga. 

Nggak perlu takut corona, kan sudah dijagain petugas yang memastikan protokol kesehatan diberlakukan dengan baik dan benar. Kalau kenyataannya ada yang nggak pakai masker dan nggak jaga jarak, itu mah mohon dimaklumi.

Dua pekan terakhir ini memang masyarakat lagi antusias banget olahraga. Namanya juga olahraga, pasti cari sehat dong. Makanya mereka nggak takut corona, wong katanya corona hanya menyerang orang sakit, bukan yang sehat.

So, tak heran jika kini marak banget orang bersepeda. Nggak perlu usil berkomentar sinis, kan bersepeda juga nyari sehat. Kecuali sih yang sepedaan santai di depan truk tronton yang lagi ngebut. Itu bukan nyari sehat namanya.

Selain olahraga bersepeda, jenis olahraga lain yang kerap dilakukan saat akhir pekan adalah jalan kaki, jogging alias lari-lari kecil hingga olahraga lainnya macam foto-foto, duduk-duduk gerombol, cekakak-cekikik, jajan dan nyeruput boba. Juga ada olahraga e-sport, yaitu adu keren berpose untuk insta story.

Kok disebut olahraga? Ya kan pamitnya di rumah mau pergi olahraga.

Jika pada akhirnya di jalanan menyebabkan kerumunan orang yang abai terhadap protokol kesehatan, ya biarin aja atuh. Terserahlah, kan emang katanya corona nggak nyerang orang sehat. Gimana sih?

Nggak mungkin juga di depan kerumunan itu dihadirkan sosok Bintang Emon buat ngomelin mereka agar balik ke rumah masing-masing. Malah yang ada jadi tambah ramai karena ada panggung stand up comedy dadakan.

Nggak mungkin pula dihadirkan Dokter Reisa Broto untuk ngasih penyuluhan bahaya corona sambil membacakan update data banyaknya korban. Wong di depan tivi saja para penonton (pria) hanya melongo nonton tanpa mengerti apa yang dikatakan Bu Dokter itu, lha ini kok malah disuruh tampil live di depan kerumunan.

Jika selama tiga bulan kemarin orang-orang ramai nge-hashtag #dirumahaja, sekarang jangan sekali-kali deh karena bisa-bisa kalian hanya seperti berteriak di padang sunyi. Nggak ada yang dengar kecuali jangkrik.

Coba deh buka-buka media sosial macam Instagram, Facebook, dan Twitter, cari berita tentang keadaan ramainya CFD atau ramainya orang di pasar dan jalanan. Coba baca kolom komentar dan temukan komentar yang menyayangkan keadaan tersebut karena pandemi belum berakhir. Pasti akan diserang netizen lainnya dengan kata-kata "lebay", "sok banget lu", "emang corona beneran ada?", "sok bener lu", hingga "iri bilang bos".

Cepat banget dunia berbalik. Jika kemarin banyak gerbang perumahan diportal rapat-rapat, tamu disemprotin disinfektan, sekarang mah boro-boro. Saya pakai masker keluar rumah saja malah diketawain anak-anak tetangga.

"Ih om lucu banget maskernya warna pink," nah lho.

Sekarang, melakukan protokol kesehatan sendiri dengan menjaga jarak dengan orang lain, bukannya dimaklumi malah bisa dibilang sombong dan lebay. Jika kita bilang waspada corona, bisa jadi malah dibilang "cemen".

"Gue lebih takut debt collector dibandingkan corona," itu pernyataan keras yang pernah saya dengar dari mulut seseorang. Tanpa masker tentunya.

Bahkan pria yang masih nggak berani cukur rambut bisa jadi malah dimusuhi sekarang. Dibilang "enggak banget" sampai dikatakan tidak mendukung perekonomian bangsa karena menutup rejeki tukang cukur rambut. Nah lho, berabe.

Namun dari fenomena saat ini, sisi positifnya sebenarnya ada, yaitu ternyata benar kata orang-orang tua dulu kalau bangsa kita ini termasuk bangsa pemberani. Nggak takut ancaman apapun, termasuk corona.

Luar biasa memang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun