Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Kisruh Tiket KRL dan Public Relations yang Gagap

23 Juli 2018   12:20 Diperbarui: 23 Juli 2018   15:59 1788
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana antrean di Stasiun Bojonggede (foto by widikurniawan)

"Langsung saja pak, di depan ada petugasnya kok, bawa uang pas bisa masuk," jawab yang lain.

Masih untung ada semangat saling berbagi informasi di antara penumpang.

Kembali ke sistem manual karcis kertas (foto by widikurniawan)
Kembali ke sistem manual karcis kertas (foto by widikurniawan)
Ketidaksiapan petugas di lapangan memang wajar dan bisa dimaklumi. Melayani ribuan orang dalam satu waktu bukanlah persoalan mudah. Bisa jadi mereka lelah, bisa jadi mereka belum sarapan, maka jika terjadi kekacauan di lapangan, petinggi PT KCI lah yang harus berbenah dan mengevaluasi diri.

Rencana pembenahan sistem ticketing ini sebenarnya sudah beberapa waktu diinformasikan kepada penumpang. Namun saat itu pemberitahuan hanya sekedar penggantian KMT lama menjadi KMT baru.

"Mulai tanggal 21 Juli 2018 KMT lama dengan Nomor Seri 1001 tidak dapat digunakan lagi untuk perjalanan KRL, silakan dapat melakukan penggantian KMT lama menjadi KMT baru (FeliCa) GRATIS di loket Stasiun KRL," demikian pengumuman melalui akun @commuterline.

Nah, sepertinya penggantian sistem itu tidak berjalan mulus dan ada hal-hal yang tak terduga sehingga harus berakibat kembali ke tiket manual untuk sementara.

Public Relations yang gagap

Sebagai perusahaan yang bergerak di jasa pelayanan publik, antisipasi dan komunikasi publik harus berjalan dengan baik. SOP yang tidak berjalan baik di lapangan menunjukkan bahwa memang ada PR besar dalam hal kuantitas dan kualitas SDM di setiap stasiun. 

Hal ini diperparah dengan peran public relations seolah gagap dan belum mampu melakukan komunikasi yang baik serta menjangkau seluruh pengguna layanan. Informasi tidak jelas dan kalau penumpang tidak aktif maka ia akan ketinggalan.

Sebagai contoh, di Stasiun Bojonggede petugas menyarankan kepada penumpang untuk membeli karcis sekaligus PP (pergi dan pulang). Sementara di sebuah portal berita online, pejabat Humas PT KCI menyatakan bahwa sebaiknya penumpang hanya membeli 1 tiket per transaksi, karena di siang hari tiket elektronik sudah dapat dipergunakan. Simpang siur informasi ini jelas membingungkan konsumen.

PT. KCI jelas perlu pembenahan, terutama dalam hal public relations. Hingga saat ini kalimat andalan PT. KCI masih berupa kalimat "kami mohon maaf atas ketidaknyamanan anda." Bahkan bila terdesak muncul lagi kalimat sakti "silakan mencari alternatif transportasi lainnya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun