Mohon tunggu...
Widi Handoko
Widi Handoko Mohon Tunggu... Konsultan - Statistisi Ahli Muda

Data untuk kita

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pengalaman Ikut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017

30 November 2017   16:35 Diperbarui: 30 November 2017   17:15 4019
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) merupakan survei yang diselenggarakan BPS kerjasama dengan BKKBN. SDKI dilakukan setiap 5 tahun sekali dengan tujuan memperoleh informasi kependudukan dan kesehatan masyarakat dengan estimasi sampai level Provinsi. 

Metode pengumpulan data di SDKI sama dengan kebanyakan survei BPS lainnya yaitu dengan wawancara langsung, namun ada hal yang menarik dari survei ini yang membedakannya dengan survei BPS lainnya. 

Hal yang membuat SDKI beda adalah pertanyaannya yang terlalu pribadi dan intim. Bila survei lainnya menanyakan hal yang umum-umum saja di survei ini pencacah diharuskan menanyakan hal-hal yang umum hingga urusan 'kasur'. SDKI emang beda!

Saya mungkin sama dengan sebagian pegawai BPS lainnya yang penasaran ingin ikut SDKI karena selama ini hanya mendengar ceritanya saja. Penasaran ingin merasakan langsung bagaimana proses pencacahan SDKI, sebab jangankan urusan yang terlalu pribadi, responden kadangkala ditanyakan hal yang umum saja malas menjawab. 

Di tahun 2017, saya memperoleh kesempatan untuk mengikuti SDKI, senang akhirnya akan dapat pengalaman baru walau sebenarnya ada hal yang mengganjal di hati. Resah hati bukan karena takut akan menghadapi medan yang sulit atau penolakan responden, namun resah karena harus menginggalkan anak istri selama 2 bulan. Akhirnya dengan mengucap bismillah dan restu istri, serta ijin Pak Kepala saya pun ikut SDKI 2017.

Perjuangan pun dimulai. Sebelum turun mencacah tentu petugas lapangan harus dibekali dengan tata cara pencacahan dan konsep definisi dari pertanyaan-pertanyaan yang ada di kuesioner. Saya yang dinas di Gorontalo beserta calon petugas yang berasal dari Provinsi se Sulawesi dan Maluku dilatih terpusat di Makassar 'Kota Daeng'. 

Petugas dilatih sesuai dengan posisinya di Tim, sebagai informasi pencacahan SDKI dilakukan secara tim dimana 1 tim terdiri dari 1 orang pengawas, 1 orang editor kuesioner wanita usia subur (WUS), pria kawin (PK) dan RT, 4 orang pencacah WUS, 1 orang pencacah PK sekaligus editor kuesioner remaja pria (RP) dan 1 orang pencacah RP. Pencacah WUS harus perempuan, begitu pula pencacah PK dan RP harus laki-laki.

Saya sendiri merupakan pencacah PK, dimana hotel tempat pelatihan pencacah PK sama dengan pencacah RP, sedangkan petugas lainnya dilatih di hotel yang berbeda. Pelatihan SDKI agak berbeda dengan pelatihan yang biasanya saya ikuti, beda karena lamanya pelatihan yang lebih lama dibanding survei/sensus yang pernah saya ikuti. 

Bayangkan saja untuk survei sekelas Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang katanya 'Ibunya' survei, dimana wawancara bisa 2-3 jam, saya dilatih 3 hari efektif. Untuk SDKI saya dilatih selama 8 hari efektif, jauh lebih lama.

Selama pelatihan ada hal yang sedikit mengganjal sebenarnya, yaitu fasilitas hotel tempat saya belajar 'beda kelas' dengan petugas lainnya, dan ternyata hal ini juga diamini oleh teman yang satu tempat pelatihan. Namun demikian kekurangan tersebut dimaklumi dan tidak menjadikan saya dan teman-teman kendor semangat dalam belajar. 

Diskusi terkait pertanyaan-pertanyaan yang meragukan tidak sedikit ditanyakan, selain itu mendengarkan pengalaman dari peserta yang pernah ikut SDKI membuat suasana kelas menjadi lebih hidup. Sehingga tanpa sadar dipikiran terlintas pertanyaan, bagaimana keseruan nanti di lapangan ya?.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun