Mohon tunggu...
Widia Try Sundari
Widia Try Sundari Mohon Tunggu... Lainnya - Hallo!

Let's open the new page!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Harapan di Lembayung Senja

13 November 2020   17:23 Diperbarui: 13 November 2020   17:36 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Nama: Widia Try Sundari 

Kelas: XII MIPA-1 

Mata Pelajaran: Bahasa Indonesia / Peristiwa Sejarah Pribadi 

"Pa, mau kemana? Kok bawa koper?" Tanyaku pada papa. 

"Papa mau pergi, kamu jangan ikut." Ucap papa padaku. 

"Loh kok Mbak gaboleh ikut?" 

"Udah jangan, papa pergi dulu ya. Awas, jaga diri baik-baik" Ucap papa lagi sembari mengecup keningku didepan kelas, lalu pergi meninggalkanku. 

"T-tapi, mau kemana?" Aku menatapnya dari kejauhan sembari mengejarnya. Tapi, mengapa papa semakin jauh dan tak terlihat?   

Tersentak aku bangun dari bunga tidurku yang cukup mencengangkan. Dering alarm membangunkanku. Jam dinding di kamar menunjukkan pukul 05.30 pagi. Aku berusaha melawan rasa kantuk sembari melihat adikku yang masih pulas tertidur. Ya, aku adalah Widia Try Sundari. Teman-temanku memanggilku dengan sebutan nama yang beragam, entah itu Wid, Siwid, Widi, Mba, dsb. Aku terlahir sebagai keturunan orang jawa yang berasal dari Ngawi dan Jogja di Kota Kembang, tepatnya di Bandung, pada tanggal 16 Juni 2003.     

   22 September 2019, tepatnya saat itu adalah hari minggu. Anak perempuan yang berusia 16 tahun yang berada dirumah bersama adiknya; yang tak lain adalah aku, membuka handphone dan melihat mama mengirim pesan bahwa hari ini papa akan diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Aku merasa sangat senang sebab jika papa diperbolehkan pulang berarti papa telah dinyatakan sehat. Lalu menatap diriku dihadapan cermin, dan menyadari bahwa kedua kelopak mataku sembab. Aku kebingungan, sembari ingat akan suatu hal, ternyata semalam aku bermimpi sesuatu. Sekilas aku berpikir dan mengkhayal akan suatu hal, tetapi hari ini papa pulang. Aku memilih untuk membasuh muka dan melupakan bunga tidurku yang cukup dibilang buruk dan membuatku sedikit kebingungan.     

   Waktu menunjukkan pukul 12.00 siang. Papa pulang dijemput oleh pamanku, Lek Yan. Lek Yan yang menyetir mobil papa. Dengan wajah yang pucat dengan keadaan yang masih lesu, papa memamerkan senyum khasnya yang tidak semua orang punya. Mama ikut senang sebab papa dinyatakan sembuh dari sakitnya. Hanya saja mesti masih berada dibawah pengawasan dokter dan pengaruh obat. Aku menuntun papa berjalan ke ruang tamu dan menghidangkannya beberapa camilan. Tak lupa juga kuhidangkan beberapa cerita, diantaranya cerita bahwa nanti hari rabu aku akan mengikuti lomba Olimpiade Biologi di UPI. Aku berharap dengan mendengar aku lolos tahap seleksi daerah di lomba ini semoga papa sedikit merasa terhibur akan apa yang telah aku raih.     

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun