Agustus, 2018.
Aneka rasa tumpah dari langit bercampur dengan air hujan sore itu. Dia terjebak rasa. Rasa yang tak mampu diungkapkan. Rasa yang entah kapan hilangnya. Kara berharap dengan turunnya hujan, rasa ini akan hilang dan padam. Ternyata rasa ini tak mampu untuk pergi. Hujan hanya menutupi tangisan Kara saat itu. Bukan menghapus rasa.
Desember, 2018.
Di langit Jogja gue ngerasa lebih lega. Tiba-tiba aja rasa itu menghilang. Mungkin karena kesibukan di kampus gue jadi lupa? Entahlah. gue bersyukur sekarang gak  mendengar kabar apapun darinya. Kebetulan juga nomor handphone gue di ganti, bukan untuk menghilang. Tapi, emang udah tenggang, haha. Di sekitar kampus banyak yang asik sama pacarnya. Beruntungnya gue sama yang lain (sahabat gue) selalu asik sama-sama. Iya, gw (kara), Ren, Anita dan Nara. Walaupun nara dan anita punya pacar tapi kami gak pernah kumpul bareng pacarnya. Ya disini gue bener-bener menikmati indahnya kota jogja.
"Kar, hp lo geter terus tuh, ada yang nelfon kali." Kata nara sambil mengangkat hp gue dari meja. "Udah angkat aja ra, gue lagi ribet ngedit ppt nih. Palingan anak kelas yang nelfon."
"Lama banget Ra, siapa yang nelfon?" Kataku
"Dimas kar yang nelfon. Lo mau ngomong?"
Hanya gelengan kepala yang ku isyaratkan ke Nara. Telfon itu ditutup dan banyak pertanyaan muncul. Gue berusaha buat gak mikirin. Udahlah mungkin dia cuma iseng, gausah dipikirin.
"Kar, are you okay?" anita tiba-tiba mendekati nara. "Dimas nanya apa ra?"
"Dia bilang, Kar ini dimas. Gimana kabarnya? Abis itu gue bilang, ini temennya kara. Ada apa ya? Abis itu dia matiin telfon. Terus gue langsung bilang ke kara deh si dimas nelfon."
"Yauda yuk lanjut nugas, gausa dipikirin, pikirin aja nih tugasnya mr. Daniel otak-otak wkwkwk" kata anita