Mohon tunggu...
Widi Admojo
Widi Admojo Mohon Tunggu... Guru - Widiadmojo adalah seorang guru, tinggal di Kebumen

sedikit berbagi semoga berarti

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Keris Kiai Naga Siluman dan Kisah Hilangnya Pusaka Amarta

13 Maret 2020   11:03 Diperbarui: 13 Maret 2020   11:09 721
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

  • Dalam dongeng pewayangan, hilangnya sebuah pusaka sering diistilahkan dengan kata "murco". Istilah "murco" itu sendiri tidak sama persis artinya dengan kata hilang. Sebab istilah hilang yang disebut dengan kata "murco" ini, hilang secara fisik, tetapi "non fisik"nya sebenarnya ia sedang "mengembara" untuk menegakkan keadilan, menegakkan kebenaran, dan membasmi perilaku "angkara murka".  Tetapi juga bisa menggambarkan kondisi dimana secara fisik "bendanya masih ada" tetapi "isinya" sedang mengembara. Demikianlah gambaran untuk membedakan kata menghilang dan kata "murco" yang sering diistilahkan di dunia pewayangan.

Dalam cerita pedalangan banyak dikisahkan tentang "murco"nya  pusaka-pusaka negeri amarta.

Pusaka-pusaka yang menghilang ini sebenarnya sedang "malik tingal" atau berubah wujud menjelma menjadi beberapa wujud. Ada yang berwujud sebagai raksasa yang tiba tiba sakti tidak terkalahkan. Ada yang merasuk pada salah satu sosok yang tiba-tiba memiliki kesaktian yang luar biasa yang tidak terkalahkan dan sebagainya. 

Misalnya dalam cerita hilangnya pusaka "senjata cakra" milik Raden Kresna. Pusaka ini berubah wujud menjadi satria namanya "Bambang Kanoran" yang sakti mandra guna dan menjadi pahlawan untuk menyelesaiakn suatu perkara atau masalah. Kisah tentang ini dapat disimak di beberapa cerita wayang yang dipergelarkan khususnya oleh Ki Hadi Sugito dari Yogyakarta. Bisa disimak dalam kisah Semar Mbangun Kayangan, Bagong Kembar dan lain sebagainya.

Lantas apa kaitannya  dengan keris Kiai Naga Siluman milik Pangeran Diponegoro,  yang baru-baru ini menjadi berita  karena telah kembali ke tanah air setelah selama sekian tahun berada di Belanda ? Sebenarnya tidak ada kaitannya sih. Hanya saja kisah "kembalinya" keris Pusaka Kiai Naga Siluman milik Pangeran Diponegoro ini, menjadi menarik untuk kita coba sandingkan dengan "kisah budaya" adi luhung yang dirakit para sesepuh budaya dahulu.

Dalam konteks budaya dapat tersimpulkan berdasarkan beberapa kisah dongeng pewayangan, bahwa pusaka sakti akan selalu kembali pada asalnya. Kembali ke tempatnya, kembali ke pemiliknya.

Seperti juga apa yang terjadi dengan keris pusaka Pangeran Diponegoro, Kiai Naga Siluman yang akhirnya "kembali" ke negeri asalnya.  Meskipun beberapa hal ada kontroversi tentang keris yang dibawa oleh raja dari Belanda tersebut terkait beberapa hal misalnya keaslian dari keris pusaka tersebut. 

Kembalinya pusaka Keris Naga Siluman ke tanah air tentu menjadi berita yang menggembirakan. Artinya kekayaan budaya adiluhung di negeri kita menjadi semakin mendapatkan tempat kehormatan dan penghargaan. Disisi yang lain, terkandung makna juga bahwa bila mengacu pada kisah kisah mitos yang ada pada budaya bangsa ini, maka kembalinya pusaka sakti mengandung makna kembalinya ketenteraman dan kedamaian. Dipulangkannya pusaka ke negeri pemiliknya bila mengacu pada beberapa kisah maka mengandung makna telah selesai pula tugas "pengembaraannya" untuk berjuang dan memperjuangkan keadilan dan kebenaran. Telah selesainya kewajiban menata kehidupan dan telah berhasil menghadirkan kondisi yang "titi toto tentrem kerto raharjo", begitu istilah kedamaian dalam bahasa jawa.

Simbolisasi kembalinya keris pusaka, dibagian lain menjadikan pelajaran berharga kepada generasi selanjutnya bahwa di negeri ini sudah terlahir maestro-maestro berkualitas dan berkelas yang tidak kalah harkat martabatnya dibanding negara lain. Khususnya dalam hal budaya. Bertahun-tahun Belanda menyimpan dan menyita serta merampas pusaka adiluhung bangsa dan baru saat ini mengembalikannya. Ini pertanda bahwa kita memiliki kewajiban untuk "nguri-uri" keagungan budaya negeri ini yang sebenarnya luar biasa. 

Kita harus merasa malu, untuk urusan keris saja negeri Belanda begitu ketat menyimpannya bertahun-tahun. Tentu tidaklah sulit bagi kita untuk memberikan penilaian bahwa betapa tinggi dan mulia nilai budaya di negeri kita ini. Sehingga rasanya pantas peristiwa pengembalian pusaka dari belanda ini menjadikan momentum untuk lebih menghargai budaya negeri ini dengan lebih baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun