Mohon tunggu...
Widi Admojo
Widi Admojo Mohon Tunggu... Guru - Widiadmojo adalah seorang guru, tinggal di Kebumen

sedikit berbagi semoga berarti

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tragedi Susur Sungai dan Mirisnya Perlindungan Anak di Sekolah

24 Februari 2020   10:47 Diperbarui: 24 Februari 2020   10:48 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sesungguhnya, tragedi hanyutnya ratusan siswa SMP N 1 Turi saat melaksanakan kegiatan luar sekolah, adalah potret betapa mirisnya perlindungan anak di lembaga yang bernama sekolah. Peristiwa yang memilukan dan berakhir dengan tewasnya 10 siswa akibat kurang maksimalnya prosedur penyelenggaraan kegiatan luar sekolah, tidak lain adalah gambaran secara menyeluruh dari kondisi perlindungan anak di lembaga pendidikan yang kurang baik dan bahkan terasa miris serta  mengkawatirkan.

Aparat kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta   yang dengan sigap menetapkan tersangka bagi pembina kesiswaan yang menyelenggarakan kegiatan kurang profesional ini perlu mendapatkan apresiasi. Secara menyeluruh diharapkan ada investigasi yang lengkap dan tuntas agar tragedi ini dapat secara adil dan  menyeluruh penyelesaian hukum dan tanggung jawabnya. Jangan sampai penyelesaian masalah setragis ini hanya menjadi tanggung jawab satu dua orang saja, karena sangat tergesa-gesa bila kegiatan yang mestinya melibatkan berbagai pihak ini hanya menjadi tanggung jawab satu orang pembina kesiswaaan saja. 

Belajar dari tragedi ini sebenarnya, banyak sekali persoalan yang masih sangat memprihatinkan berkaitan dengan bagaimana perlindungan anak-anak di sekolah, terkait dengan aktivitas yang diikutinya di sekolah. Sebenarnya banyak sekali peristiwa-peristiwa tragis yang menimpa siswa yang sebenarnya hal itu terjadi karena betapa rapuh dan minimnya perlindungan anak di sekolah.

Sudah banyak sebenarnya kasus-kasus atau tragedi yang menimpa siswa disekolah yang sebenarnya sangat merugikan baik bagi siswa itu sendiri maupun keluarga yang mempercayakan pendidikan anaknya di sekolah. Kecelakaan akibat dari kegiatan sekolah dari yang bersifat kecelakaan kecil sampai dengan yang berakhir dengan cacat atau berkurangnya fungsi tubuh, sebenarnya bila didata dengan lengkap sudah cukup banyak terjadi. Bahkan hampir semua lembaga sekolah pernah mengalami kecelakaan pada siswanya yang diakibatkan oleh adanya kegiatan atau aktivitas pembelajaran di sekolah. 

Beberapa orang tua atau masyarakat yang kurang peduli biasanya hanya akan menganggap peristiwa tersebut sebagai kejadian yang biasa dan tidak perlu untuk dipermasalahkan atau diperkarakan. Kecelakaan anak di sekolah adalah peristiwa biasa sebagai akibat yang logis dan wajar terjadi. Bahkan sekolah kadang juga tidak merasa bersalah, meskipun kecelakaan tersebut sebenarnya sangat merugikan  siswa dan keluarganya. Kasus  kekerasan fisik, kekerasan psikis, dan  pelecehan seksual yang terjadi pada lembaga pendidikan kadang tidak dianggap serius dan hanya ditangani  kurang tuntas.  Itulah sebabnya maka  bermunculah kegiatan-kegiatan sekolah yang tidak dimanage dengan sempurna tetapi tetap saja berjalan padahal kegiatan yang tidak dipersiapkan secara profesional sangat berpotensi menimbulkan bencana.

Tragedi di SMP N 1 Turi Sleman Yogyakarta, tentu tidak akan terjadi bila kegiatan yang sebenarnya positip itu dikelola dengan managemen kegiatan yang profesional, detail, dan menggunakan standar operasional prosedur (SOP) kegiatan yang telah terkaji dengan baik dan sempurna. Mulai dari perencanaan yang benar, persiapana yang benar, sampai pada langkah antisipasi yang lengkap dan detail bisa jadi tragedi tersebut tidak terjadi. Namun seperti itulah potret perlindungan anak kita di sekolah.

Masih banyak sekali celah perlindungan anak di sekolah yang masih mencemaskan dan sebenarnya membuat hati kita miris. Ambil contoh kecil saja, sekolah dengan jumlah siswa hampir mencapi seribu siswa, bagaimana pengamanan saat anak-anak bermain di sekolah ? Banyak sekali sekolah yang tidak mampu mengelola dengan aman situasi tersebut. Maka tidak heran kalau pada saat bermain itu sering terjadi peristiwa, anak terjatuh di lapangan, anak berantem, anak melakukan pelecehan seksual pada temannya, kekerasan fisik, kekerasan psikis yang sering tidak termonitor dan tidak terawasi dengan baik oleh pengelola sekolah. Padahal bila mana terjadi peristiwa kecelakaan maka sebenarnya pihak sekolah haruslah yang paling bertanggung jawab.

Minimnya standar operasional prosedur perlindungan anak di sekolah memang benar-benar masih berada dalam kondisi yang mencemaskan. Sehingga perlu semua pihak untuk turun tangan, membantu mengurai bagaimana menciptakan sekolah yang benar-benar aman. Terhindar dari praktik pendidikan yang sebenarnya bisa menjadi petakan bagi siswa dan keluarganya. 

Tragedi di SMP N 1 Turi Yogyakarta, adalah cermin bagi sekolah untuk mulai membenahi diri. Secara khusus terhadap perlindungan anak didiknya. Jangan sampai terjadi anak menjadi korban karena kelalaian dan sikap kurang profesional penyelenggara pendidikan. Kegiatan yang sebenarnya baik dan positip bagi siswa bisa saja justru menjadi sebaliknya bila aktivitas kegiatan tersebut diselenggarakan dengan acak-acakan, tidak terstandar, tidak koordinasi, bahkan sangat disayangkan bila kegiatan di sekolah harus dilaksanakan dengan cara "liar" dan asal-asalan. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun