Bandara Yogyakarta International Airport adalah bandara super megah yang saat ini terus dikebut pembangunannya. Â Mercusuar baru Yogyakarta ini menjadi pusat perhatian tersendiri sekaligus berimplikasi kompleks dengan segala pernak pernik yang melingkupinya. Â Implikasi bisnis, sosial budaya, sampai implikasi psikologis menyeruak tumbuh bersama hadirnya pelabuhan udara megah ini.Â
Yogyakarta adalah kota budaya. Nuansa keunggulan budaya menjadi idiom yang sangat kental begitu bersinggungan dengan Yogyakarta. Transportasi dokar, blangkon dan kearifan jawa yang kental menjadi ciri khas yang mudah dirasa begitu mendengar kata Yogyakarta.
Kembali ke masalah Bandara Yogyakarta International Airport. Â Bandara yang kemudian ngepop dengan sebutan YAI ini sepertinya lumer disebut oleh siapa saja. Â Tetapi bila kembali pada ruh Yogyakarta adalah kota budaya, Â sebutan YAI tentu tidak ada signifikansinya sama sekali dengan unsur budaya. Tidak ada konek sitasnya dengan budaya luhur Yogyakarta. Â Sebutan kata international yang populer benarkah kemudian mengangkat ruh budaya Yogyakarta? Â Inilah persoalannya.Â
Kulon Progo memiliki ikon budaya yang sesungguhnya sudah mendunia.  Maestro pedalangan yang muncul dari Toyan Wates yang sangat tenar dan dikenal,  Ki  Hadi  Sugito,  kenapa tidak nama ki dalang populer Itu yang dijadikan nama.  Ketimbang YAI saya kira nama Ki Hadi Sugito lebih bernilai. Memunculkan kearifan lokal yang adi luhung tentunya menjadi bagian sangat penting bila mana kita menyepakati bahwa budaya luhur dan mulia dinegeri ini harus dijunjung tinggi.Â
Semoga pengambil kebijakan tidak lupa bahwa Yogyakarta mendunia karena budaya.Â
Usulan penamaan bandara YAI dengan nama bandara Ki Hadi Sugito juga sebenarnya sudah merebak di forum -forum grup pecinta Ki Hadi Sugito .