Mohon tunggu...
Widhi Setyo Putro
Widhi Setyo Putro Mohon Tunggu... Sejarawan - Arsiparis di Pusat Studi Arsip Statis Kepresidenan ANRI

Menyukai sejarah khususnya yang berhubungan dengan Sukarno “Let us dare to read, think, speak, and write” -John Adams

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Tiga Pemikiran Politik Sukarno Paling Utama

3 Februari 2023   11:07 Diperbarui: 4 Februari 2023   16:15 1226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Pemikiran Politik Sukarno. (Sumber Gambar: instagram.com/presidensukarno via kompas.com)

Pemikiran politik Sukarno telah dikenal sangat luas bahkan di dunia internasional. Sejak muda, Sukarno sudah melibatkan diri dalam wacana dunia melalui 'dialog intelektual' dengan tokoh-tokoh pemikir dunia seperti Hegel, Marx, Sun Yat Sen, Gandhi, dan lain-lain. 

Pada usia 26 Tahun, melalui kajian yang kritis pada situasi dan kondisi Indonesia, ia berhasil melahirkan tesis marhaen dan marhaenisme. Argumentasi ilmiahnya bisa kita baca dalam "Indonesia Menggugat", sebuah salah satu masterpiece dalam karya Sukarno. 

Pengembangan pemikiran selanjutnya bisa kita lihat dalam berbagai karyanya Mencapai Indonesia Merdeka dan Kepada Bangsaku serta pidato-pidato Sukarno setelah menjadi presiden. 

Menurut penulis, berikuti ini tiga pemikiran politik Sukarno yang paling utama, di luar ini tentu saja banyak pemikiran-pemikiran Sukarno yang juga penting seperti tentang persatuan, internasionalisme dan lain sebagainya.

 Nasionalisme

Menurut Sukarno nasionalisme merupakan gagasan yang dapat mempersatukan suatu bangsa. Nasionalisme juga mengandung makna 'kesetiaan' terhadap perjuangan bangsa dan negara. 

Nasionalisme Sukarno erat kaitannya dengan kondisi negara-negara dunia ketiga. Oleh karena itu, syarat pertama nasionalisme menurut Sukarno adalah kerakyatan. Hal tersebut didasarkan kondisi yang dialami oleh rakyat Indonesia yang masih mengalami kemiskinan, kebodohan atau secara keselurahan ketidakberdayaan akibat penjajahan. 

Nasionalisme yang berakar pada kondisi obyektif dan berdasarkan kebutuhan rakyat, tanpa membedakan atas golongan, ideologi, agama, ataupun ras menurut Sukarno disebut sebagai sosio-nasionalisme.

Syarat lain dari nasionalisme adalah kemanusiaan atau humanisme yang dihubungkan dengan internasionalisme. Maksudnya adalah nasionalisme Indonesia jangan menjadi nasionalisme yang sempit (chauvinistis). 

Nasionalisme hendaknya tidak sekedar mengagungkan kebesaran bangsanya dan meremehkan bangsa lain. Nasionalisme Indonesia adalah nasionalisme yang berperikemanusian. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun