Lain waktu, ada yang pamer karena berhasil mengutil shampo ukuran besar dari minimarket dekat rumah. Suka-suka, ada suami istri berantem lempar-lemparan hanger di jalan. Kadang magic com juga dibanting, anaknya lah diseret. Tahun lalu, ada yang kena grebek karena narkoba.
Beberapa hari yang lalu, tetangga saya yang driver ojol perempuan, pulang saat subuh dengan luka-luka karena dibegal. Motornya dibawa kabur.
Hening sejenak. The struggle is real. *Sematkan emot prihatin.
Jadi gimana ya. Apa yang saya bisa harapkan dari rukun warga yang memang objektif hidupnya adalah jualan nasi uduk sore-sore, mandiin burung di jalan (karena rumahnya udah nggak ada lahan buat basah-basahan) dan kekeuh silaturahmi ke arisan bergilir? Coba. Gimana?
Jadi meskipun kantor saya menginstruksikan untuk karyawannya bekerja dari rumah sejak Senin lalu, tapi suasana di lingkungan rumah saya tuh nggak ada syahdu-syahdunya.
Boro-boro pasang IG story pamer WFH. Saya mau conference meeting aja bingung mau cari background yang proper di rumah saya tuh yang kayak gimana. Oh ada tembok polos nih, di sini aja ah. Tapi kok ya cahayanya kurang, jadinya kayak remang-remang panti pijat. Oh ternyata ada bagian jendela yang ketutup jemuran tetangga, okelah. Geser dikit lagi, lha sinyalnya yang ilang.
Mau pindah ke ruang tamu, kok ya ada odong-odong lagi jalan. Bocah minta jajan. Depan rumah kerja bengkel suka nyalain gerinda buat ngalusin body vespa. Saya sempat iri gitu kalau lihat postingan orang, kerja di rumah, mejanya tuh rapi, latarnya lega, hiasannya kayak di Pinterest. Kalaupun ada suara, yang kedengeran tuh dialog, "Non, pisang gorengnya sudah siap." Sedaaapp.
Dan bener aja. Setelah 4 hari sama sekali nggak keluar rumah, akhirnya tibalah waktu bagi saya untuk menunaikan bakti sebagai seorang anak, yakni..... pergi ke minimart. Cari apa? Masker dan hand sanitizer.Â
Tahu nggak sih, setelah sekian hari berdiam di rumah dan hanya diterpa isu Covid-19 yang tiap hari makin mengerikan, keluar rumah rasanya kayak mau izin pergi perang.
Dalam bayangan saya tuh di luar rumah bakal sunyi. Semua orang di dalam rumah, hanya bisa menatap jendela dengan nanar. Tapi ternyata enggak dong.......Â
Sekitaran rumah saya ya berkegiatan aja seperti biasa. Sejauh mata memandang, di gang saya, nggak ada tuh yang pakai masker! Saya pun jadi ikut-ikutan nggak pakai masker. Bukan kenapa-kenapa. Dengan harga masker yang melambung seperti sekarang, jalan kaki pakai masker di gang rumah saya tuh kayak juragan toko emas. Nda enak... :(