Sebelum tiket pesawat melambung jauh terbang tinggi, bersama mimpi, tenggelam dalam lautan emosi, saya dan beberapa teman sempat main ke Labuan Bajo. Tapi kalau dibilang main kok ya ndak pantes, soalnya nabungnya itu nggak main-main. Lama bener.
Yah.... begitulah kalau punya rencana traveling ke bagian timur Indonesia yang bikin ketagihan, tapi sayangnya sering bikin sedih secara perhitungan budget. Kita pun nggak bisa lagi membahasakannya sekadar main, tetapi harus direncanakan secara serius.
Seperti yang sudah banyak diketahui oleh para pelancong, anggaran ke Labuan Bajo itu paling besar ada di tiket pesawat dan biaya sewa kapal LOB (live on board) alias mengapung di laut selama 3 hari 2 malam buat island hopping. Keduanya bisa menghabiskan hingga setengah dari total anggaran. Sisanya (makan, transportasi lokal, hotel di darat, dan oleh-oleh) mah bisa diatur. Apalagi kalau kamu nggak berencana ke Waerebo, wah banyak banget yang bisa diirit.
Nah, problemnya, ketika saya berencana ke sana, peserta jalan-jalannya masih terlalu sedikit, baru 3 orang: saya, San-san, dan Lulu. Kamu pasti tahu kan, kalau jalan-jalan ke Labuan Bajo itu disarankan pergi dalam rombongan supaya cost sharing-nya maksimal. Semakin banyak peserta, semakin banyak orang yang menanggung biaya sewa. Tanggungan per orang pun jadi kian ringan.
Singkat cerita, Lulu berhasil mendapatkan 4 peserta tambahan yang adalah 1 keluarga. Keluarga atasannya. Luar biasa kan teman saya? Nggak berhasil menggaet yang selevel, manajer pun dia sikat
Mereka sebenarnya gak masalah dengan gaya liburan kami. Mereka gak request kapal yang mewah, sih. Tapi, kaminya yang rikuh. Segan gitu lho, kan mereka pastinya seenggaknya pengen liburan yang nyaman, apalagi di keluarga itu ada anak 10 tahun. Kalau mereka saja sudah menurunkan standar, masak iya kami nggak menyesuaikan diri?
Karena itu... beklah. Kami memutuskan mengubah gaya traveling dari yang tadi backpacker (baca: nggembel) menjadi "lebih layak" dan bahkan sedikit fancy.
Mencari 2 Penginapan
Yang pertama kali kami lakukan tentu saja mengakses aplikasi penyewaan hotel. Trave**ka, B**king.com, Ag**a, Air*n*. Kenapa kok nyarinya kebanyakan di aplikasi buatan luar? Sayangnya, saat itu, aplikasi lokal masih terbilang sedikit menampilkan rekanan hotel di Labuan Bajo. Tapi tolong dicatat ya, saya melakukan pencarian di sekitar awal tahun 2018. Semoga aplikasi lokal di tahun 2019 sekarang sudah punya lebih banyak penawaran ya!
Kriteria hotel yang kami cari ketika itu simpel saja: 2 penginapan apik yang bersih dan nyaman. Masing-masing akan kami inapi semalam saja. Satu penginapan untuk malam pada hari setibanya kami di Labuan Bajo demi menunggu LOB di hari berikutnya, dan satu penginapan sisanya untuk kami beristirahat pasca-LOB sampai kami pulang keesokan harinya.
Kriteria kedua, harapannya penginapan ini dekat dengan pelabuhan dan warung makan. Berarti opsi kami mengerucut lagi ke Jalan Soekarno Hatta dekat pelabuhan. Budget-nya, tidak lebih dari Rp 300.000 per orang/malam. Dan eng ing eng (yaelah jadul amat eng ing eng), akhirnya hotelnya malah ditemukan dengan berbekal googling. Samsek bukan dari aplikasi jasa booking. Wakaka. Ini dia hotelnya. Eh BTW saya review-nya ikhlas lho ini, nggak dibayar sama pihak manapun.