Mohon tunggu...
Widha Karina
Widha Karina Mohon Tunggu... Penulis - Content Worker

seni | sejarah | sosial politik | budaya | lingkungan | buku dan sastra | traveling | bobok siang. mencatat, menertawakan keseharian, dan menjadi satir di widhakarina.blogspot.com dan instagram.com/widhakarina

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

7 Rumor Traveling ke India, dari Makanan Jorok sampai Keamanan Perempuan

6 Maret 2019   22:47 Diperbarui: 22 Februari 2023   21:21 16837
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu gerbang Pink City, Jaipur. (Foto oleh WIDHA KARINA)

Dan bisa jadi, orang-orang di sana jadi sering terpapar wewangian dupa dibakar, kembang, dan masala yang terbawa angin. Jadinya ya muncullah anggapan bahwa "orang sana baunya khas". Tapi beberapa kali saya semacam membatin apakah orang India punya selera wangi parfum tertentu karena beberapa kali hidung saya mengendus wangi serupa yang menguar dari beberapa orang di jalan. Baunya tuh kayak pedes cabe keriting kering, kunyit, asap wangi dupa, kayu, tanah, dan bedak bayi.

Trus kalo orang India dateng ke Indonesia, mereka juga bilang,
Trus kalo orang India dateng ke Indonesia, mereka juga bilang,
Udah gitu saya nemu brand artsy lokal gitcuh yang bikin parfum berjudul "Native Notes". Pas dicium, lhaaa ini "wangi India banget". Nahkan kujadi curiga beneran ada wangi khas yang digemari orang-orang di sana. Etapi begitu sampai Delhi, wangi ini udah samaaarr banget. Digantikan oleh aroma kayak di dalam CommuterLine pagi-pagi dari Manggarai ke Sudirman, fresh bener wangi tiap orangnya. Yoih kota metropolitan.

5. "Cewek aman gak sih jalan-jalan ke India?"

Iyah. Saya berterima kasih buat semua teman-teman yang mewanti-wanti kami tentang isu kejahatan seksual terhadap perempuan di India. Kami juga merasa waswas. Terutama ada semacam guyonan satir yang populer dilontarkan soal kondisi tersebut: di jalanan India, sapi lebih terjamin keamanannya daripada perempuan.

Apalagi sebelum berangkat, saya sempat mengontak 1 travel blogger yang sudah duluan ke sana dan dia mengaku mendapat pengalaman tidak menyenangkan di Agra. Seseorang meremas bagian tubuhnya sampai dia luar biasa marah tapi tidak bisa berbuat apa-apa dan syok hingga beberapa waktu setelahnya.

Lalu bagaimana dengan kami? Saya dan Nisa secara umum merasa aman ketika traveling di India.  Di Hyderabad, kami mendapat satu kali teriakan "Hey, Babe! I love you!" dari seorang remaja yang melintas cepat dengan motornya ketika kami berjalan kaki sekitar jam 8 malam. WOY, situ Dilan? Sedangkan di Jaipur, ada bocah yang sedang bermain bola di lapangan menepuk kencang bagian tubuh teman saya, kemudian lari sambil tertawa-tawa. Juga ada laki-laki paruh baya yang terang-terangan merayu teman saya nyaris seharian. Tapi semuanya itu masih bisa di-handle.

Murni penilaian saya, baik penduduk laki-laki dan perempuan di Hyderabad cenderung kalem menghadapi orang asing. Mereka sopan, ramah, dan lembut. Tidak memaksakan dagangannya untuk dibeli. Ada sih yang pura-pura nyender tembok samping kita, trus minta temennya curi-curi foto kita dempetan sama dia. Tapi kami juga sudah mencoba naik bajaj, keliling pasar, makan, naik Uber subuh-subuh ke bandara, dan jalan kaki malam (hingga jam 9) di sini. Aman.

Beralih ke kota selanjutnya. Buat saya Jaipur dan Delhi sama-sama bikin deg-degan dan membutuhkan skill bertahan hidup yang lebih tinggi. Terutama (sayangnya), Jaipur. Ada satu blog perjalanan manis tentang Jaipur, betapa ramahnya penduduknya, dan demikianlah ekspektasi saya. Tapi ternyata di pengalaman saya kemarin, Jaipur lah yang paling bikin kemringet.

Orang-orang di jalan nggak akan ragu memandangi kita dari ujung kepala sampai kaki, bahkan setelah kita balas menatap mereka. Tapi secara umum, saya dan Nisa merasa baik-baik saja di India. Kami berhasil melewati 6 jam tidur di night sleeper bus dari Jaipur ke Delhi, jalan kaki di gang-gang kecil, slum area saat hari gelap (tidak untuk ditiru) dan para gelandangan terlelap, naik Delhi Metro saat jam sibuk, dan berpakaian sesuai dengan standar kenyamanan kami sendiri.

Soal pakaian, beberapa travel blogger tidak menyarankan menggunakan saree untuk jalan-jalan karena hal tersebut akan menarik perhatian. Akan ada banyak laki-laki dan perempuan yang mengerubung di lokasi wisata untuk minta foto bersama (kecuali kamu memang tak masalah dengan perhatian tersebut). Jadi sebaiknya pakai saja baju jalan-jalan yang nyaman buatmu. Atau kalau mau tetap ingin mencoba berpakaian ala orang lokal, kurta bisa jadi pilihan karena tak terlalu menarik perhatian. 

Kiri, turis yang mengenakan kurta (atasan/blus panjang) dengan motif khas India. Biasanya dipadankan dengan celana longgar atau legging. (Foto oleh WIDHA KARINA)
Kiri, turis yang mengenakan kurta (atasan/blus panjang) dengan motif khas India. Biasanya dipadankan dengan celana longgar atau legging. (Foto oleh WIDHA KARINA)
Setiap mau masuk lokasi wisata, naik Delhi Metro, dan di bandara, ada pemeriksaan badan wajib yang cukup ketat.. Di barisan pemeriksaan perempuan, biasanya ada bilik kecil untuk memeriksa pengunjung satu-persatu oleh petugas perempuan.

Pemisahan barisan berdasarkan gender jamak diterapkan di 3 kota yang saya datangi. Biasanya untuk kebutuhan pemeriksaan keamanan. (Foto oleh WIDHA KARINA)
Pemisahan barisan berdasarkan gender jamak diterapkan di 3 kota yang saya datangi. Biasanya untuk kebutuhan pemeriksaan keamanan. (Foto oleh WIDHA KARINA)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun