Mohon tunggu...
Widha Karina
Widha Karina Mohon Tunggu... Penulis - Content Worker

seni | sejarah | sosial politik | budaya | lingkungan | buku dan sastra | traveling | bobok siang. mencatat, menertawakan keseharian, dan menjadi satir di widhakarina.blogspot.com dan instagram.com/widhakarina

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

7 Rumor Traveling ke India, dari Makanan Jorok sampai Keamanan Perempuan

6 Maret 2019   22:47 Diperbarui: 22 Februari 2023   21:21 16837
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu gerbang Pink City, Jaipur. (Foto oleh WIDHA KARINA)

Tergantung. Ngomongin apanya nih? Kalau masih tentang makanan, ya 11-12 lah sama makanan Indonesia. Wong pas di sana, ada orang Kanada yang pernah cerita kalau dia keracunan makanan 3 kali di Bali karena jorok. Intinya sih ada yang bersih, ada juga yang jorok tapi enak (you know lhaa tangan jorok bisa menambahkan bumbu tertentu ke makanan). Di Jaipur malah kami sempat mampir ke semacam outdoor food court rapi di tengah taman (fotonya ada di atas). Tempatnya bersih sekali, bahkan toilet-nya pun nyaman~

Toilet di Masala Chowk (semacam outdoor foodcourt di Jaipur). Bersih, nyaman. (Foto oleh WIDHA KARINA)
Toilet di Masala Chowk (semacam outdoor foodcourt di Jaipur). Bersih, nyaman. (Foto oleh WIDHA KARINA)
Sekalian ngomongin toilet yuk. Jangankan di India, di Indonesia pun saya memang menghindari ke toilet umum di lokasi wisata. Dalam kepala nih udah ketebak gimana bentuknya, ogah dah. Jadi, saya hanya ke toilet umum terpercaya seperti di bandara, food court/restoran, dan ---tentu saja--- penginapan. Pernah sekali di Qutb Minar Delhi, muncullah panggilan alam. Tapi niat pun langsung batal begitu tercium aroma yang tak asing lagi, dari jarak 5 meter sebelum kubikel toilet.

Temen juga ada yang nasihatin jangan pakai air di toilet kereta jarak jauh. Selalu bawa tisu baik basah maupun kering, untuk jaga-jaga kalau air yang tersedia sepertinya kurang bersih. Ini berlaku juga buat kamu yang lebih suka makan pakai tangan karena makanan India emang sebenarnya dimakannya mesti pake tangan supaya sedaph.

Soal sampah? Lagi-lagi sama kayak Indonesia. Kalau lagi di pasar tradisional, yo jangan heran kalau ada tumpukan sampah dan tanah becek layaknya di Mester atau Tanah Abang. Selain di pasar, jujur aja nih, malah lebih bersih 3 kota tadi daripada Jakarta. Mehehehe. Pedagang di area perkantoran Delhi sudah pasti punya stall. Gelandangan di Delhi ada yang rapi melipat kembali kasurnya setelah matahari terbit, etapi ada juga yang sampe nge-camp di bawah kolong tol.

Warung kaki 5 di trotoar gedung perkantoran Delhi ini rapi uga. (Foto oleh WIDHA KARINA)
Warung kaki 5 di trotoar gedung perkantoran Delhi ini rapi uga. (Foto oleh WIDHA KARINA)
Yang paling bikin maknyess ya lokasi wisatanya. Meski masih ada aksi corat-coret, tapi beberapa tempat bersejarah di sana relatif bebas dari sampah plastik. Lha kalau orang kita mah gak bisa liat celah di tembok Borobudur, bawaannya pengen nyelipin botol atau bungkus ciki. Kalau gak ada celah, sok-sok nggak ngeh, njatuhin bungkus permen ke tanah.

Gak usah pake sapu-sapu, langsung auto prewed. Qutb Minar di Delhi. (Foto oleh WIDHA KARINA)
Gak usah pake sapu-sapu, langsung auto prewed. Qutb Minar di Delhi. (Foto oleh WIDHA KARINA)
Tiga kota yang saya datangi juga menolak penggunaan plastik untuk belanja di minimarket. Mereka menggantinya dengan tas kain. Dan yang paling ajaib, mereka pakai gerabah buat menjual minuman dingin. Dan karena harganya cuma 1 rupee (Rp 200), gelas gerabah itu hanya dipakai sekali, langsung buang! Gokil! Tapi untuk makanan lain, mereka masih suka pakai styrofoam dan papercup berlapis plastik juga.

Kalau pesan lassi di Jaipur, kemungkinan pakai gelas tanah liat sekali pakai. (Foto oleh WIDHA KARINA)
Kalau pesan lassi di Jaipur, kemungkinan pakai gelas tanah liat sekali pakai. (Foto oleh WIDHA KARINA)
Tapi gerobak makan di Hyderabad, Jaipur, dan Delhi tuh bersih lho! Jarang banget ada penjual yang buang sampah ke jalanan di sekitarnya. Nggak kayak abang ketoprak yang abis motongin ketupat, daunnya ditumpuk di bawah kakinya. Masing-masing pedagang punya tempat sampah yang siap angkut, nggak pating trecek ngono. Sampai-sampai saya bertanya-tanya dalam hati, jangan-jangan ada regulasi kebersihan buat pedagang kaki lima ya di India?

Coba ini gambar di-zoom. Meski padat, pasar di kawasan padat Jaipur ini bersih. Jarang ada sampah yang menggunung di kaki-kaki gerobak. (Foto oleh WIDHA KARINA)
Coba ini gambar di-zoom. Meski padat, pasar di kawasan padat Jaipur ini bersih. Jarang ada sampah yang menggunung di kaki-kaki gerobak. (Foto oleh WIDHA KARINA)
Soal hewan, ada banyak anjing liar di 3 kota yang kami datangi kemarin. Apalagi di Jaipur dan Delhi. Selain anjing, ada juga gajah, kuda, sapi, dan unta berkeliaran di jalanan. IYA JALANAN. Pernah bajaj saya gak bisa lewat karena gajah lagi nutupin jalan. Sial betul. Nah eek sembarangannya para tunggangan ini bisa jadi PR sendiri nih buat pejalan kaki. Mesti agak waspada sama ranjau.

Tapi ini kan baru 3 kota ya. Saya nggak tahu apakah misalnya, tradisi Hindu yang menolak pembuatan toilet di rumah masih terjadi hingga saat ini. Ada satu film bagus tentang ini lho, judulnya "Toilet", pernah tahu?

Atau mungkin bagi kamu yang mau ke Varanasi, kamu mungkin perlu riset lebih jauh soal sanitasinya. Sungai Gangga yang terkenal di kota itu konon dipakai warga untuk mencuci, mandi, menyucikan orang berpenyakit, kremasi/mencelupkan jenazah. Sesungguhnya pemerintah telah perlahan mengimbau untuk tidak melanjutkan praktik tersebut. Semoga kondisinya baik ya sekarang.

4. "Baunya khas gitu kan di sana?"

Terus ada pertanyaan yang bikin saya geli, "Katanya orang sana baunya khas ya?" Hari pertama sampai di India, saya banyak bersin, gatau kenapa. Memang sih ada aroma yang berbeda begitu kami berjalan-jalan di sana. Mirip bau dupa dan masala (bumbu-bumbu) yang kalau sekarang saya cium lagi, pasti akan mengasosiasikan memori saya ke hari-hari ketika traveling ke India. Jadi, kalau dibilang khas sih: iya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun