Mohon tunggu...
Widadi Muslim
Widadi Muslim Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru yang energik, atraktif dan murah senyum. Motivator dan penulis buku kependidikan. Juara kedua kompetisi edukasi Anlene Hidup Penuh Makna. Saat ini mengampu mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 164 Jakarta Selatan.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Sukses Mendidik Anak di Saat dan Setelah Pandemi

5 Januari 2023   09:39 Diperbarui: 5 Januari 2023   09:51 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Persipaan mengajar kelas besar. (Foto: Dokumentasi sekolah)

Istriku pun tersipu malu.

Lantas, bagaimanakah saya sebagai orang tua sekaligus guru yang harus mengajar anak sendiri  dan murid-murid dari rumah? Mengajak ketiga anak penulis agar tidur tidak terlalu malam sehingga bisa Shalat Subuh berjamaah. Mengaji sebentar kemudian olah raga ringan. Sementara istri memasak di dapur anak-anak berbagi tugas, anak pertama menyapu dan mengepel lantai atas, anak kedua menyapu dan mengepel lantai bawah. Anak ketiga yang masih duduk di kelas 6 SD merapikan segala hal yang belum rapi. Kegiatan ini berlangsung antara waktu Subuh sampai pukul 06.30 WIB.

Selanjutnya kami mandi dan berpakaian rapi layaknya akan berangkat bekerja. Penulis sudah mempersiapkan diri untuk melakukan sesi daring dengan peserta didik SMP Negeri 164. Sedangkan istri mempersiapkan diri daring dengan peserta didik di TK Al Azhar Bintaro. Ketiga anak penulis juga memersiapkan diri daring bersama dengan gurunya masing-masing.

Strateginya bagaimana agar semua anak patuh pada pekerjaanya? Komitman. Kami duduk bareng di ruang tengah dalam suasana santai. Masing-masing membawa kertas dan buku tulis untuk mencapat kesepakatan. Kesepakatan apa saja yang dibicarakan?

  • Membuat kesepakatan jadwal belajar
  • Membuat sesi belajar yang menyenangkan
  • Membuat jadwal piket
  • Memasak jajanan sekolah
  • Membuat ekstra kurikuler sederhana
  • Olahraga sambil bermain

Nah hasil kesepakatan tersebut kemudian ditulis ulang dengan huruf yang lebih besar pada kertas katon kemudian dibaca agar semua anggota keluarga mengetahuinya. Diskusi seru bisa terjadi dalam situasi ini. Sehingga ada beberapa kesepakatan yang barangkali perlu dikoreksi. Setelah semuanya dipahami, kesepakatan tersebut ditempel di lokasi yang mudah dibaca dan sering dilalui anggota keluarga. Mengapa? Agar senantiasa ingat dengan komitmen dan tugasnya. Nah demikian sedikit pengalaman penulis semoga bermanfaat.

Kembali ke pembahasan. Setelah 4 tantangan tersebut dapat diatasi, perlu juga diperhatikan 10 indikasi sukses belajar di rumah. Apa sajakah itu? Pertama, kompetensi masa depan. Kompetensi di era digital saat ini, sangat berbeda degan sebelumnya. Tiga kompetensi yang sangat dibutuhkan diera digital yaitu kompetensi kognitif (memecahkan masalah, literasi, berpikir kritis), softskill (berkomunikasi), dan teknologi digital. Kedua, komitmen. Untuk meraih sukses diperlukan komitmen.  Ketiga, kemandirian. Kita para orang tua perlu melatih kemandirian anak-anak melalui hal-hal yang sederhana. Keempat, sikap reflektif. Sikap reflektif maksudnya adalah berpikir bermakna yang didasarkan pada alasan dan tujuan.

Kelima, kecerdasan. Pada suatu masa pernah orang-orang membangga-banggakan kecerdasan intelektual (IQ).  Seiring perkembangan zaman orang mulai paham bahwa bukan hanya kecerdasan intelektual yang bisa mendorong orang meraih sukses. Bahkan Daniel Golleman berpendapat bahwa kecerdasan intelekual (IQ) hanya memiliki sumbangan sekitar 20% untuk mendorong sukses hidup seseorang. Selebihnya yang 80% terhimpun dalam kecerdasan emosioal (EQ).

Keenam, komunikatif. Pepatah “Diam itu emas,” dalam hal-hal tertentu sudah tidak tepat lagi diterapkan dizaman sekarang. Bahkan bisa celakan kita. Sebaliknya orang-orang yang komunikatif memiliki peluang yang lebih besar untuk meraih sukses. Ketujuh, kemampuan bekerjasama. Kalau mau jujur tidak ada orang di dunia ini yang dapat meraih sukses dengan bekerja sendirian. Semua perlu bekerasana, koaborasi. Penting bagi para orang tua mengajarkan kepada buah hatinya mengenai karakter kerjasama ini. Kedelapan, inovatif. Penting bagi kita mengajarkan hal-hal yang baru kepada putra putri kita agar dapat memberikan nilai yang lebih berarti dalam kehidupannya di kemudian hari. Kesembilan, berorientasi pada perilaku. Pada akhirnya ukuran sukses hidup  seseorang tidak dinilai dari banyaknya rumah atau mobil mewah atau yang sejenisnya, akan tetapi dari sikap dan perilakunya. Apakah ia bermanfaat atau justru merugikan orang lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun