Mengajarkan puisi kepada peserta didik bukan perkara yang mudah. Saya sudah mengalaminya. Kesulitan sering dialami siswa pada saat memilih tema, memilih kata (diksi), membuat baris, menyusun baris menjadi bait, menentukan rima, imajinasi, majas, penggunaan kata bermakna konotasi, dan penggunaan kata berlambang. Seiring dengan perjalanan waktu saya berhasil menemukan cara jitu untuk mengajarkan puisi kepada peserta didik yaitu dengan cara membuat puisi akrostik.
Puisi akrostik adalah karya sastra berbentuk puisi atau sajak dengan cara menyusun sebuah nama atau kata dengan huruf pertama tiap baris dibaca menurun vertikal. Tidak ada ketentuan yang baku untuk membuat puisi akrostik. Pola rima dan jumlah larik boleh dibuat bervariasi sesuai dengan kata yang ingin dibentuk. Singkatnya puisi akrostik adalah huruf yang dijadikan menjadi kata-kata.
Dengan cara ini, peserta didik menjadi senang dengan pelajaran puisi. Setidaknya demikian yang terjadi di SMP Negeri 164 Jakarta Selatan tempat saya bertugas saat ini.
Dari keluhan siswa di group wa tentang sulitnya mereka membuat puisi, kemudian saya menuliskan kata ”sekolah.” Selanjutnya, meminta semua anak untuk membuat kata dari rangkaian huruf; s-e-k-o-l-a-h tersebut. Tanpa saya duga ternyata mereka sangat antusias saat membuatnya. Temuan tersebut kemudian saya jadikan sebagai bahan mengajar pada saat pembelajaran tatap muka. Sehingga tersusun puisi akrostik sbb:
Senang hatiku saat bertamasya
Elok pemandangan di sekitarnya
Kupandangi tiada henti
Orang-orang pun begitu
Lakukan selfi bersuka ria
Agar kenangan tiada terlupa
Hari-demi hari menjadi berseri