Mohon tunggu...
Abrurizal Wicaksono
Abrurizal Wicaksono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelance consultant

Manusia yang selalu berusaha belajar dan belajar dari pengalaman hidupnya

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Polisi Tidur yang Aduhai

4 Januari 2016   10:21 Diperbarui: 4 Januari 2016   10:21 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="http://d.yimg.com/gg/u/eddd1e12d37ecee45f295bea7bc4e9dfeafed5d3.jpeg"][/caption]Mengutip dari wikipedia, polisi tidur atau sering disebut sebagai alat pembatas kecapatan adalah bagian jalan yang ditinggikan berupa tambahan aspal atau semen yang dipasang melintang di jalan untuk pertanda kendaraan untuk memperlabat laju atau kecepatan kendaraan. Asal usul ungkapan polisi tidur ini belum diketahui sampai saat ini, kalau dari analisis ngaco saya sih karena biasanya yang mengatur lalu lintas saat macet adalah polisi dan disana hanya diam saja dengan posisi tidur, jadi masyarakat beranggapan ini polisi hanya diam di tempat alias tidur (abaikan saja analisis ngaco saya ini).

Kembali ke topik mengenai polisi tidur, cerita ini bermula dari ketika saya pindah ke daerah Sawangan, Depok. Sebelumnya, di Jogja tepatnya dirumah saya yang masih pelosok dari kota, polisi tidur jarang banget ditemui, kalaupun ada paling hanya 1 sampai 2. Serius hanya maksimal 2 karena meskipun jalan depan rumah saya di Jogja adalah penghubung dari desa ke kota dan ada juga jalan kecilnya, jumlah polisi tidur bisa dihitung dengan jari bahkan bisa kita hapali mana saja sehingga bisa aman lah kalau lewat sana.

Di Sawangan, tepatnya di kompleks perumahan tempat saya tinggal, posisi rumah saya (baca rumah pakdhe yang disuruh menempati) merupakan posisi tusuk sate dan tepat berada di turunan. Jadi kalau saya pulang kerja begitu sampai di komplek bisa saja matikan mesin langsung meluncur suuuuuurrrr dan buka pagar rumah, parkir motor,cuci kaki,muka serta berlanjut tidur.

Begitu sajakah?

Ternyata tidak sama sekali, dari awal saya masuk komplek sudah dihadapi dengan polisi tidur, hingga turunan ternyata ada polisi tidur hmmm berapa ya saya lupa yang pasti lebih dari 2. Bahkan hingga mendekati depan rumah juga polisi tidur masih nongol. Apabila ditinjau dari desain beserta batasannya saya rasa ini termasuk polisi tidur yang tidak manusiawi bahkan cenderung menyiksa pantat hingga kendaraan saya.

Coba Anda lihat ilustrasi dari gambar polisi tidur di atas, bisa dibayangkan tidak jika pagi hari hendak berangkat beraktivitas, jalan tanjakan ditambah polisi tidur yang tidak manusiawi. Ouchh... Bisa dibayangkan pantat bahkan kendaraan gabakal awet. Kondisi ini ditunjang dengan fakta bahwa beberapa kendaraan saat ini memiliki kecenderungan semakin menapak ke tanah, kalau dulu baca di komik Tamiya bisa mempengaruhi aerodinamika yah (ngaco lagi). Yang pasti sudah tidak terhitung berapa kali mobil atau motor yang saya kendarai njadhuk (membentur) polisi tidur saya, loh padahal kondisi standar ting ting lho.

Mau protes karena ketinggian polisi tidur ini?

Rasanya saya lebih terpaksa harus mengalah dengan keadaan mengingat saya disini hanya pendatang, nunggu kendaraan penghuni komplek mengalami nasib yang sama dengan yang saya alami atau minimal pantatnya sama ga enaknya kaya saya hehehehe. . . .Tapi, saya jadi ingat kondisi polisi tidur ini hampir sama persis di daerah Jalan Kaliurang, Yogyakarta waktu saya hendak ke kos teman kuliah, kondisi kendaraan sama standarnya hanya saja polisi tidur disana tidak manusiawi. Karena protes dari para penghuni komplek disana (mayoritas anak kos), akhirnya bisa dibongkar dan sekarang bisa nyaman dilewatin.

Dari pengalaman tersebut kuncinya hanya satu bagi pendatang, berdoa semoga pihak yang membuat atau mengusulkan polisi tidur mendapatkan pencerahan. Aamiin.

Demikian saja sekedar coretan di pagi hari, kurang lebihnya saya mohon maaf.

Salam otomotif, tetap semangat bekerja dan keep safety riding (halah apaan ini). . :D

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun