Mohon tunggu...
Abrurizal Wicaksono
Abrurizal Wicaksono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelance consultant

Manusia yang selalu berusaha belajar dan belajar dari pengalaman hidupnya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Habib Rizieq dan Boikot Sari Roti

10 Desember 2016   00:57 Diperbarui: 10 Desember 2016   01:21 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pernyataan Sari Roti

Semenjak pindah bekerja di Bogor praktis saya tidak terlalu mengikuti isu terkini mengenai politik dan juga saat aksi damai Islam itu juga saya baru tahu setelahnya. Maklum saja, saya waktu itu ingin berdamai dengan diri sendiri, berusaha untuk lebih tenang dan tidak terpancing dengan pemberitaan yang tidak berimbang. Selama itu pula, beberapa teman saya yang seringkali menanyai pendapat saya mengenai isu terkini ditinjau dari sudut pandang saya otomatis hanya saya jawab sekedarnya, selain takut salah ucap juga, saya juga bukan termasuk orang yang paham dibanding rekan – rekan yang saban hari berkecimpung di dunia politik bahkan ekonomi, sosial dan budaya.

Nah, kejadian saya ingin sekedar beropini berawal dari ketika tak sengaja saya sedang makan bakso di dekat komplek. Si penjual bakso bercerita mengenai aksi boikot produk Sari Roti yang sedang heboh di sosmed dengan tagar #boikotsariroti, hingga belakangan ada foto – foto kaki menginjak roti tersebut. Saya sih waktu itu hanya mendengarkan saja, lha bekal informasi saya juga minim jadi nggak mungkin kan saya langsung memutuskan ini salah itu salah.

Sekambalinya dari tempat penjual bakso, sambil menyalakan laptop lalu mengkoneksikan dengan internet, saya mencari beberapa informasi media lokal maupun asing. Dan disana saya mendapat gambaran, aksi boikot ini dilatarbelakangi dari “Aksi Superdamai 212” pada 2 Desember lalu, pada saat itu ada beberapa pedagang Sari Roti dengan gerobak tertempel tulisan “Gratis untuk Mujahid”. Hal ini tentunya menimbulkan simpatik beberapa netizen terkait dengan aksi tersebut.

Namun, beberapa saat kemudian, PT Nippon Indosari Corpindo Tbk selaku produsen Sari Roti mengklarifikasi terkait label gratis dalam aksi 212 tersebut. Berikut pernyataan dari PT Nippon Indosari Corpindo Tbk tersebut

Bisa dilihat, dari pernyataan tersebut saya merasa sah – sah saja perusahaan ini tidak mau ikut dalam semua kegiatan politik. Sebagaimana kita ketahui, terkadang ada sebuah aksi yang ditunggangi kepentingan tertentu, saya tidak termasuk berburuksangka, hanya saja klarifikasi dari produsen Sari Roti ini hendaknya bukan menjadi dasar untuk melakukan boikot terhadap produknya.

Saya sendiri bukan karyawan PT Nippon Indosari Corpindo Tbk, bukan juga pembeli setia Sari Roti, hanya saja menurut saya aksi boikot yang diserukan oleh Habib Rizieq tentunya berdampak terhadap produk Sari Roti ini baik secara mikro maupun makro. Ditinjau dari sudut mikro saja seperti pedagang keliling, efek paling terasa adalah sepinya pembelian, tentunya ya Pak Habib Rizieq apakah Anda tidak merasakan bagaimana sedihnya keluarga pedagang keliling tersebut ketika pulang ke rumah dan anak istri menunggu hasil penjualan untuk bayar SPP sampai membeli kebutuhan rumah tangga ternyata pulang dengan tangan hampa? Karena hampir semua pengguna sosial media atau yang terlibat aksi boikot tersebut ternyata memang menjalankan aksinya secara nyata.

Ditinjau dari sudut makro, tentunya akan melemahkan saham dari PT Nippon Indosari Corpindo, memang tidak berdampak langsung, namun dalam jangka waktu tertentu jika tidak ada perubahan dan masih tetap ada aksi boikot ini apa Anda (Habib Rizieq) tidak sadar dampaknya? Penurunan produksi hingga pengurangan karyawan, sementara ini era dimana untuk mencari kerja juga susah, apakah terpikirkan mengenai dampak seperti ini? Saya merasa akan lebih bijak menyikapi klarifikasi PT Nippon Indosari Corpindo Tbk dengan pemakluman biasa saja, karena toh juga sistemnya beli putus jadi buat apa aksi boikot segala.

Kemudian ditinjau dari sampai adanya postingan menginjak – injak roti tersebut, jujur ini saya yang paling sangat dan sangat sedih sekali. Apa begitu cara kita mensyukuri rejeki dari Tuhan untuk membeli roti lalu hanya kita menginjaknya saja? Apakah ini termasuk perbuatan yang tercela? Disaat ada saudara – saudara kita yang mengalami kesulitan untuk makan apa hari ini, disini kita justru menginjak – injak makanan yang sebenarnya bisa juga kita sumbangkan untuk saudara kita yang membutuhkan.

Akhir kata, tulisan ini hanyalah opini dari saya warga biasa yang hanya merasa prihatin terkait aksi boikot tanpa memikirkan segala aspeknya. Mari sama – sama berdoa untuk kedamaian Indonesia semua, dan semoga aksi boikot ini hanya sementara saja.

Salam.

Rizal

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun