Mohon tunggu...
Abrurizal Wicaksono
Abrurizal Wicaksono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelance consultant

Manusia yang selalu berusaha belajar dan belajar dari pengalaman hidupnya

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Rolasan dan Kuliner Mie Ayam

10 Agustus 2022   12:24 Diperbarui: 10 Agustus 2022   12:37 908
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari beberapa list makanan kesukaan saya ada satu yang mungkin rutin saya sambangi selama tinggal disini (Kabupaten Bogor). Mie ayam adalah salah satu dari sekian makanan kesukaan saya. Saya sendiri biasa mencari makanan ini menjelang pukul dua belas siang atau mungkin di kampung saya dulu ada istilah rolasan (jam dua belas) yang merupakan waktunya para pekerja untuk makan siang. Dulu sekali, saya biasa bersama kawan saya Mas Hasan atau Sambas untuk berburu tidak hanya mie ayam mungkin kalau salah satu dari tiga orang ini ketiban proyek segar biasanya agak mewah ya sate kambing atau terkadang soto. Mie ayam sendiri mungkin merupakan solusi yang paling masyook ketika kantong keuangan sedang menipis.

Berburu mie ayam di tempat saya saat ini lebih tepatnya di Kecamatan Sukamakmur bukanlah perkara mudah. Menentukan kesesuaian mie ayam dengan lidah medhok ini menjadi perkara yang susah -- susah gampang. Beberapa kali juga merasa zonk tidak hanya perkara mie ayam, bahkan untuk sate kambing yang terbiasa menggunakan sambal cabai serta kecap berganti menjadi sambal kacang yang otomatis membuat selera berkurang drastis. Mie ayam di kampung saya itu kecil namun kenyal, disini susah sekali menemukannya. Oleh karena itu terkadang saya melakukan penyelidikan kecil -- kecilan dimana saja mie ayam yang mungkin cocok dengan lidah saya. Semacam Aruna dan Lidahnya, jika Anda tidak tahu saya sarankan untuk menontonnya di Netflix. Saya sendiri tiap melihat adegan di film tersebut harus berbekal makanan, jika tidak pasti hanya menahan ludah saja karena beberapa makanan mampu menarik minat saya.

Oke kembali ke perkara rolasan dan mie ayam tadi. Sepertinya petualangan saya di Sukamakmur ini berhasil menemukan mie ayam dengan rasa yang kurang lebih mirip di kampung halaman. Setidaknya ada tiga tempat sebelumnya ada empat tempat yang menjadi langganan, hanya saja yang terakhir entah mengapa semenjak pemiliknya lebih memilih pulang kampung dan memasrahkan pengelolaan ke stafnya menjadi berkurang cita rasa mie ayam khas Wonogiri. Dan dari ketiga tempat tersebut juga mengerucut menjadi dua atau mungkin satu, karena ada salah satu yang tempatnya bukan permanen. Biasa berjualan keliling dan tidak mudah ditebak kapan ada. Terakhir saya kontak salah seorang kawan disini sebut saja Mas Ateng, yang bersangkutan memberikan kabar bahwa si Pakdhe (penjual mie ayam langganan saya) sedang mudik pulang kampung. Praktis saya harus mencari alternatif lainnya.

Siang ini entah mengapa saya ingin sekali makan mie ayam bakso ditemani minuman yang dingin -- dingin. Cuaca yang panas terik namun tidak menyengat sepertinya mendukung sekali untuk membeli mie ayam tersebut. Pilihan saya terakhir ada pada warung mie ayam yang belum lama buka namun sudah berkali -- kali saya kesana. Selain didukung tempat yang bagus untuk sekedar healing, mie ayam yang disajikan juga mampu menggugah indra perasa saya. Enak dan tentunya harga sesuai dengan kantong yang cenderung mengarah tipis ini.

dokumen pribadi
dokumen pribadi

Saya lupa apa nama warung ini dan kali pertama tahu tempat ini juga dari istri saya. Biasalah rombongan guru kalau makan siang terkadang mereka bosan dengan makanan di sekolah dan mereka memilih keluar. Pilihan rombongan -- rombongan yang didominasi oleh pegawai negeri sipil acapkali merupakan pilihan yang jitu. Tanpa harus bertaruh soal rasa, saya sudah pasti atau memastikan pasti kuliner ini layak sekali untuk ditandangi atau dijadikan langganan dan pilihan saya memang tidak salah. 

Mie ayam di sini rasanya sangat enak sekali, meski memang saya merasa kalau pulang dari sana masih merasa lapar. Mungkin karena butuh perjuangan turun ke bawah lanjut naik turun jalannya membuat perjalanan pulang pergi seharusnya tidak hanya makan ditempat tapi bungkus juga bila perlu. Namun pernah juga saya bungkus eh ndilalah kok kuahnya habis, sepertinya saya belum berjodoh jika memilih opsi membungkus mie ayam. Pilihan makan di tempat sepertinya masih masuk akal.

Akhir kata dari tulisan ini saya hanya ingin mengucapkan kepada semuanya.

"Selamat makan siang semuanya. Apa makan siang favoritmu kali ini?"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun