Mohon tunggu...
Bambang Wibiono
Bambang Wibiono Mohon Tunggu... Buruh - Buruh Sarjana | Penulis Bebas | Pemerhati Sosial Politik

Alumnus Ilmu Politik FISIP Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Selamat Jalan Mamah (8/Selesai)

26 Juni 2020   08:03 Diperbarui: 26 Juni 2020   07:58 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Itu kata-katamu disela rintihan sakitnya. Sungguh engkau adalah ibu sejati yang selalu berjuang untuk anak-anakmu. Lelah dan sakit bukan kendala untuk memikirkan nasib anak-anakmu. 

Aku jadi berfikir, apakah selama ini, sebelum-sebelumnya, engkau pernah sakit namun tak pernah engkau rasa hanya demi anak-anakmu? Seumur hidupku, hanya beberapa kali saja melihatmu sakit. Itu pun tak menyurutkan tenagamu untuk terus bekerja mengurus rumah dan anak-anakmu.

Begitu cepat engkau meninggalkan ku, meninggalkan kami semua. Masih banyak hal yang belum sempat dilakukan untukmu. Masih banyak harapanmu yang belum sempat engkau rasakan. 

Mamah belum sempatkan melihatku wisuda, kan?  Menyesal rasanya aku tak bisa wisuda pada  Desember kemarin. Seandainya saja Mamah bisa melihatku wisuda, mungkin akan lain keadaannya. Mamah belum sempat melihat Budi lulus kuliah, kan? Mamah belum sempat melihat Nok lulus SMA, kan? Belum sempat kan mamah melihat Adi, Widia, Purnomo dewasa? Belum sempat kan Mamah melihat anak-anaknya sukses?

Selamat jalan Mamah, meski engkau telah tiada dan jasadmu berkalang jelaga, namun jiwamu ada di hati kami semua. Di hati Papah dan anak-anakmu. Ijinkan kami mengumpulkan amal jariah untukmu.
_

"A, pulang yuk. Sudah sore. Takut keburu hujan, tuh sudah mendung," tiba-tiba suara dan tepukan Nok di pundak mengagetkanku.

"Oh iya, yuk pulang" jawabku. Tak terasa hampir sejam ku berjongkok di sini.

"Mah Wibi, Nok, sama Purnomo pulang dulu ya" ucapku sambil ku taburkan bunga di atas tanah merah itu.

Kami berlalu meninggalkan Mamah sendiri di sana. Oh tidak! Tidak sendiri. Mamah ditemani para malaikat yang setia menjaganya.
___
The End

(Kisah ini dipersembahkan untuk mengenang 8 tahun meninggalnya Mamah. Dan persembahan untuk para ibu di manapun.)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun