Mohon tunggu...
Bambang Wibiono
Bambang Wibiono Mohon Tunggu... Buruh - Buruh Sarjana | Penulis Bebas | Pemerhati Sosial Politik

Alumnus Ilmu Politik FISIP Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Selamat Jalan Mamah (7)

25 Juni 2020   21:12 Diperbarui: 25 Juni 2020   21:19 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Pagi itu mamah selalu minta pulang saja. Aku bilang nanti nunggu Papah, karena pagi-pagi Papah pulang ke rumah untuk berangkat ke kantor setelah semalam ikut begadang di RS. Sementara Nok, tetap tinggal menemaniku di RS karena sudah tidak ada kegiatan belajar di sekolah. Sebab hari Senin sudah mulai Ujian Nasional.

Dokter datang memeriksa sekitar jam 8 pagi.

"Mas, ini ibunya harus dirujuk ke Bandung, ke Rumah Sakit Hasan Sadikin untuk penanganan yang lebih jauh. Kemampuan disini tidak cukup untuk bisa menangani. Nanti di sana mungkin perlu tindakan operasi juga dan kemoterapi. Kalau pihak keluarga menyetujui, nanti saya buatkan surat rujukannya," begitu dokter menjelaskan keputusan hasil observasinya. Tapi tidak pernah menyebutkan apa penyebab atau masalahnya. Bahkan seingatku, hasil rontgen pun tak pernah ku terima.

"Nanti dibicarakan dengan Papah dan keluarga yang lain dulu ya Dok, saya belum bisa memutuskan", jawabku.

Pagi itu, Tante Neneng, adik kandung Mamah, datang berkunjung. Tante Neneng nagis-nangis lihat kondisi kakak yang tinggal satu-satunya itu. Bude, kakak Mamah yang berarti juga kakak pertama Tante Neneng, sudah lebih dulu meninggal.

Kembali Mamah meminta pulang dan menanyakan Papah. Aku bilang nanti saja pulangnya nunggu Papah, mungkin habis Jum'atan.

"Eh belum bedug tah? kirain tuh sudah bedug. Mamah mau pulang aja lah. Cape di sini terus. mau istirahat. Mamah tuh pengen tidur yang nyenyak, jangan sampai ada yang ganggu tuh. Duh, masih lama ya bedugnya?" kata Mamah.

"Belum mah. Ini baru juga jam 9 pagi. Nanti aja pulangnya, nunggu Papah datang."

"Kalau mau tidur, sini di pangkuan Wibi. Nyandar di Wibi aja."

"Duh, masih lama ya bedugnya Wib?, cape ah" lagi-lagi Mamah berkata demikian.

Sekitar jam setengah 10an Mamah mau kencing. Tidak seperti biasanya, kali ini minta kencing di WC. Aku sarankan untuk kencing di kasur aja memakai pispot, tapi Mamah menolak. Akhirnya, aku setengah membopong Mamah ke WC dengan susah payah dan dibantu Nok dan tante Neneng. Begitu sulitnya Mamah untuk kencing di WC dengan kondisi kesakitan seperti itu, membuat kami pun bingung setengah mati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun