Keesokan harinya, Kamis 8 Maret 2012, seperti biasa, hanya Aku sendiri yang menjaga Mamah di rumah sedangkan yang lain berangkat sekolah, dan Papah berangkat kerja. Hanya sesekali saja Papah pulang ke rumah untuk cek kondisi Mamah. Beruntung, karena rumah kami masih dalam lingkungan tempat kerja Papah. Jadi bisa kapanpun pulang ke rumah.
Sejak semalam sampai pagi ini Mamah tak henti-hentinya merintih. Pagi ini Mamah terlihat sekarat menahan sakitnya. Ku pikir lebih baik panggil ambulan untuk membawa mamah ke RS. Kebetulan sekali Papah datang.
"Pah, kayanya Mamah mending segera di bawa ke RS saja. Kasian liatnya. Kayanya tambah parah juga tuh. Dari semalam gak berhenti merintih," ucapku saat Papah pulang.
"Sebentar, Papah pinjam mobil teman dulu di kantor, daripada harus sewa ambulan," begitu kata Papah.
Segera ku siapkan perlengkapan Mamah seperlunya untuk di RS. Tak berselang lama, Papah datang memarkirkan mobil di depan rumah. Tadinya mau kami gotong Mamah dengan meminjam tandu dari sekretariat PMR di sekolahan. Tapi Mamah menolak.
"Jalan sendiri aja Wib. Masih bisa, tapi bantuin Mamah," begitu kata Mamah.
Mobil meluncur dengan pelan dan hati-hati karena takut kalau terlalu banyak guncangan akan menambah sakit Mamah. Mamah dilarikan ke RS Gunung Ciremai, langsung menuju UGD.
"Ini kenapa Mas Ibunya?" tanya perawat yang menyambut kami di pintu masuk UGD.
"Gak tau. Pokoknya dari semalem merintih kesakitan gak berhenti-berhenti. Awalnya dulu operasi pengangkatan kanker payudara" ku beri penjelasan untuk mempermudah pemeriksaan Mamah.
Segera seorang dokter perempuan muda menghampiri dan memerintahkan perawat membawa Mamah ke ruang pemeriksaan. Sebentar mereka mengecek luka bekas operasi di dada Mamah.
"Ini dulu operasi di mana? Dokter yang nangani siapa?" tanya salah satu perawat heran.