Mohon tunggu...
Bambang Wibiono
Bambang Wibiono Mohon Tunggu... Buruh - Buruh Sarjana | Penulis Bebas | Pemerhati Sosial Politik

Alumnus Ilmu Politik FISIP Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Selamat Jalan, Mamah (6)

25 Juni 2020   14:13 Diperbarui: 25 Juni 2020   14:09 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Pagi hari sebelum adik-adik berangkat sekolah dan Papah berangkat ngantor, ku sempatkan pergi membeli bubur untuk sarapan Mamah. Kasian perutnya sering kosong. Karena hanya sedikit saja makanan yang masuk ke perutnya.

"ini Mah, Wibi beliin bubur sop ayam buat sarapan. Mamah makan dulu ya".

"enggak ah, buat sarapan Purnomo saja sama Widia".

"Yang lain sudah sarapan semua. Tinggal Mamah aja yang belum makan," jawabku.

Kusuapi Mamah. Hanya sampai setengah mangkok saja.

"Udah ah makannya. Itu buat kamu aja habisin. Barangkali kamu juga lapar belum makan" tolaknya saat ku sodorkan sesendok bubur ke mulutnya. 

Sebenarnya, selera makan Mamah tidak ada masalah. Sering Mamah sendiri yang minta makan. Kadang minta bubur sop, rujak buah, gado-gado, nasi lengko, bahkan kadang cuma minta makan dengan tempe goreng dan sambal. Hanya saja, tak pernah sanggup menghabiskan banyak. Jadilah aku yang selalu menghabiskan sisa makan Mamah.

Tiap hari selalu ada saja keluarga, teman, tetangga yang berkunjung. Setiap ada yang berkunjung, Mamah mendadak antusias dan seolah lupa dengan rasa sakitnya. Ngobrol dengan antusias bahkan terkadang sesekali tertawa. Inilah dampak positif dari orang-orang yang datang berkunjung. Mampu memotivasi semangatnya, bahkan mampu mengalahkan rasa sakitnya. Gembira. 

Jadi, jika ada saudara, kerabat, teman yang sakit, jenguklah mereka. Tak usahlah engkau enggan hanya karena tak mampu membawakan buah tangan. Yang dibutuhkan bagi yang sakit atau keluarganya adalah doa dan motivasi dari kalian semua. Itu sudah sangat cukup membantu kesembuhannya. Lihat wajah dan tatapan matanya saat kau berkunjung. Cerah dan berbinar. Jika kau tak menjenguknya, sudah cukup sebagai kontribusimu atas kondisinya jika memburuk.

"Aduuhhh sakiitt... Sesak dadanya," rintih Mamah disuatu malam yang lain. Kami bergegas melihat ke kamar.

"Mamah mau duduk aja" suaranya lirih dengan nafas seperti orang asma.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun