Mohon tunggu...
Bambang Wibiono
Bambang Wibiono Mohon Tunggu... Buruh - Buruh Sarjana | Penulis Bebas | Pemerhati Sosial Politik

Alumnus Ilmu Politik FISIP Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Selamat Jalan, Mamah (6)

25 Juni 2020   14:13 Diperbarui: 25 Juni 2020   14:09 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Eh Wib, gimana kabar Markonah? Katanya lagi sakit ya? Mamah pengen main ke sana, nengok," tiba-tiba Mamah menanyakan kabar Markonah.

Markonah ini perempuan yang aku kenalkan pada kedua orang tua beberapa bulan lalu. Sempat 3x main ke rumah. Bahkan waktu Mamah dirawat di RS, dia sempat datang dan menginap. Saat ini dia sedang sakit juga. Rencananya Mamah mau datang menjenguk ke rumahnya di kaki gunung Sindoro Sumbing, tapi kondisi Mamah justru memburuk.

"Markonah udah baikan, Mah"

"Bilangin ke Markonah ya Wib, Mamah belum bisa nengok".

Percakapan tengah malam ini sedikit melupakan rasa sakit rupanya. Sejenak pikirannya teralihkan. Sampai akhirnya Mamah tertidur dalam pangkuan dan pelukanku. "Alhamdulillah," batinku.

"Wiib, ini udah jam berapa? Nok ga sekolah tah? Bangunin adik-adikmu, nanti terlambat" tiba-tiba suara Mamah mengagetkanku yang juga hampir ikut terlelap.

Kulihat jam, baru jam 2 pagi. Belum ada sejam Mamah terlelap.

"Ini masih malem Mah. Belum subuh," jawabku.

"Aiihh tak kira udah pagi Wib.. Kamu tidur sana, barangkali capek. Mamah gak apa-apa"

"udaahh... Mamah aja yang tidur. Wibi mah ga apa-apa. Sok tidur lagi" bujukku, mumpung sedang tidak merasakan sakit. 

Bukannya tidur, yang ada malah terus merintih sampai pagi menjelang. Setiap saat menanyankan jam, setiap saat menanyakan bagaimana sarapan adik-adikku nanti, siapa yang antar berangkat ke sekolah, siapa yang nyiapin baju-baju sekolahnya. Bolak-balik seputar itu. Sepanjang malam itu pula, aku hanya terduduk menjadi sandaran Mamah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun