Mohon tunggu...
Bambang Wibiono
Bambang Wibiono Mohon Tunggu... Buruh - Buruh Sarjana | Penulis Bebas | Pemerhati Sosial Politik

Alumnus Ilmu Politik FISIP Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Weton, Primbon, dan Lampu Merah

22 Juni 2020   12:27 Diperbarui: 23 Juni 2020   22:14 567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi | sumber: trbunnews.com

Setelah memastikan korban tidak kenapa-kenapa dan hanya luka ringan, dan sudah diobati betadin, si penabrak pamit diri sambil memberikan beberapa lembar uang. Sebagai tanda permintaan maaf katanya. Sekalian untuk perbaikan motornya kalau ada yang rusak. Mbah Bejo sudah menolak sebenarnya, tetapi tetap dipaksa untuk menerima uang itu.

"Mbah, kenapa sih kok ya malah nerobos lampu merah. Kan sudah ada tanda lampu merah. Bahaya. Jadi celaka gini kan?" interogasi Otong pada si Mbah yang tiba-tiba berkelakuan membahayakan.

"Tadinya Mbah pikir mau coba kesampingkan primbon soal lampu merah itu tanda bahaya. Merah kuning hijau itu kan seharusnya berarti semua baik. Toh kalau takdirnya selamat, ya selamat saja harusnya. Banyak juga yang nerobos lampu merah tapi aman-aman aja. Tapi ini ternyata celaka. Untung masih selamat" jawab si Mbah sambil memegangi tangannya yang agak nyeri.

"Owalah Mbaah ... Mbaah ... kebanyakan celakanya daripada selamat kalau kaya gini. Yang jelas, melanggar lampu merah juga membahayakan orang lain. Namanya juga lampu lalu lintas, gunanya ya untuk mengatur biar tidak bahaya" si Otong menjelaskan pada si Mbah.

"Tepat sekali Tong. Kita hati-hati di jalan dengan mentaati rambu bagian dari ikhtiar biar kita ndak kena celaka kaya sekarang ini walaupun kita tahu, takdir memang di tangan Gusti Allah. Cuma bentuk kewaspadaan saja. Selebihnya kita yang menentukan mau maju terus atau ndak dan tentu harus terima resiko" si Mbah balik menceramahi.

"Ah, si Mbah dikasih tahu malah nyeramahin balik. Udah ah, pulang yuk. Aku wae sing nyetir yo Mbah" si Otong segera menstarter motornya.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun