"Terserah Papah aja lah!" Otong berlalu pergi.
"Eh, mau ke mana kamu Tong? Papah belum selesai ngobrol".
"Mau nyari cewe di pinggir jalan Pah, barangkali aja ada yang lahir hari Senin atau Selasa. Nanti Otong sensus dulu" jawab Otong asal.
Dia mengambil jaket, helm dan kunci motor. Segera bergegas menerobos jalanan yang lengang. Kemana lagi perginya kalau bukan ke rumah kakeknya, Mbah Bejo.
Mbah Bejo ini walaupun juga menganut tradisi Jawa, tapi bagi Otong bisa lebih terbuka. Tidak saklek macam orang tuanya.
"Lho, ada apa kamu Tong? Kok muka kaya kertas hasil ujian yang dapet nilai merah, dikruwes-kruwes" tanya Mbah Bejo yang tengah duduk selonjor di kursi malas yang bergoyang-goyang.
"Kesal sama Papah" jawabnya singkat.
"Haha... Kamu ini, bapak sendiri kok disebelin. Durhaka"
"Masa aku gak boleh nikah dengan Markonah gara-gara lahirnya hari Kamis? Katanya gak pas hitungan wetonnya" curhat Otong pada Mbahnya.
"Owalaah Tooong... Tong... Jadi itu toh masalahnya?"
"Harusnya semua hari itu kan baik ya? Masa ada orang lahir hari Sabtu dilarang nikah dengan hari Kamis karena gak baik, bisa celaka lah, gak bahagia lah. Waktu Otong gak mikirin perempuan, ditanyain melulu kapan. Giliran sekarang, malah dilarang-larang. Maunya apa sih?!" Otong nyerocos.