Mohon tunggu...
Wiatmo Nugroho
Wiatmo Nugroho Mohon Tunggu... -

hamemayu hayuning Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Belajar dari 2018, Pemilu Bukan Hanya Pilpres

26 Oktober 2018   19:02 Diperbarui: 26 Oktober 2018   19:30 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Kalau mau membuka ingatan, rasanya masih gampang kita mengingat layar tivi hari itu memperlihatkan koalisi calon presiden petahana yang mulai berdatangan di satu lokasi. Nama wapres sudah di tangan, bahkan mungkin di hati mereka. Tinggal menuangkan nama itu menjadi hitam di atas putih. Sekilas masih di layar yang sama, seorang tokoh bernama Mahfud MD mengisi layar dari tempat berbeda yang dikatakan tak jauh dari lokasi para koalisi petahana. Dan suara seorang pengamat politik sangat yakin bahwa inisial M yang sudah beredar beberapa hari, bahkan beberapa minggu sebelumnya, adalah nama Mahfud. Apalagi yang tak meyakinkan? Mahfud MD, tak jauh dari lokasi koalisi, dengan baju kebesaran kabinet petahana, putih lengan panjang terlipat dua di ujung tangannya.

Dan akhirnya sudah tahu semuanya.

Kejutan terjadi. Kekecewaan mengayun di bandul time line, berjalan beriringan dengan pemakluman, presiden punya hak. Semua sudah diserahkan di tangan beliau. Netizen sedikit kecewa, tapi masih percaya pada presiden yang sudah memilih nama pendamping di kontestasi politik selanjutnya.

Pengin rasanya mengubah time line, bukan lagi di tahun 2018 yang menyongsong tahun 2019, tetapi tahun 2023 menyambut 2024. Siapa kira-kira yang menjadi pengisi layar tivi di hari yang mungkin sama, tempat yang mungkin sama, tahun yang sangat berbeda. Mudah dibayangkan kira-kira situasi politik tak akan jauh berbeda. Tarik-menarik antar rumah penguasa dan pembesar politik, partai-partai koalisi pasti tak akan bersuasana berbeda. Meskipun siapa berkoalisi dengan siapa sepertinya akan sangat jauh berbeda.

Tahun 2024, sepertinya tahun yang menguntungkan buat konstituen dengan adanya beberapa nama yang sudah mulai hangat muncul bahkan di tahun 2019 sekarang ini, sinarnya mulai nampak. Bonus demografi yang didengung-dengungkan tahun sekarang ini, tampaknya akan diawali dengan bonus demokrasi. Tokoh muda, cukup tidak cukup banyak tersedia di jagat perdemokrasian, terutama yang berani mencalonkan diri menjadi capres. Sebutlah dari nonparpol ada Mahfud MD, Anies Baswedan, Ridwan Kamil, TGB, Susi Pudjiastuti. Dari parpol ada Airlangga Hartarto, Muhaimin Iskandar, Ganjar Pranowo, Sandiaga Uno, Romi Romahurmuzzy, Agus Harimurti Yudhoyono, Puan Maharani, Risma, Kofifah. Dari militer, Gatot Nurmantyo.

Anda punya jagoan di tahun tersebut? Hati-hati, ganjalan ada di partai pengusung. Mau tidak partai tersebut, atau koalisi mengusung jagoan Anda? Ganjalannya masih akan sama, dengan kata lain yang lebih manis, peluangnya masih akan sama dengan ketika seorang Mahfud MD berseragam putih hitam gagal melangkah di garis finis. Partai-partai akan berkoalisi, dan berhitung dengan kepentingannya sendiri, mencalonkan  tokoh yang sesuai harapannya. Belum lagi dengan para king maker SBY, Megawati, Prabowo, dan yang baru JK.

Dari hal tersebut, dari sekarang konstituen harus berhati-hati memilih wakilnya, baik itu individunya, dan juga partainya. Sehingga harapan dan kenyataan semakin besar bisa tercapai. Sehingga para konstituen tidak hanya bisa berharap, apa yang mereka inginkan, sama dengan keinginan parpol dan juga king maker.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun