Mohon tunggu...
Whera de
Whera de Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menyukai semua tentang musik dan sastra.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kisah di Bulan Kesepuluh

23 Desember 2022   22:00 Diperbarui: 23 Desember 2022   22:31 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Narasi Lunar Dasa

        Whera de.

       Pada purnama yang ketujuh. Ungkapan perasaan tertulis pada buku. Tergoreskan sajak-sajak yang perlahan beranjak. Terukirkan doa-doa yang tak tersinggah oleh semoga.

       Bulan kesepuluh di tahun 2015,
Seseorang terlihat berdiri jenjang disana. Seseorang dengan sorot mata menawan. Seseorang dengan senyum mempesona. Seseorang dengan cakapan yang khas. Rasa tanpa diminta tertumpah segan, disertai harap tuk bersama.

       Bulan kesepuluh di tahun 2016,
Sadar akan ketidakseimbangan. Kiri berat, namun kanan tanpa beban. Harap-harap mulai tertutup rapat. Hanya pengap yang tersisa tanpa sebab. Asa perlahan menjelma basa hingga tak berasa.

       Bulan kesepuluh di tahun 2017,
Beberapa datang meredam luka. Membuat luka seolah bahan bercanda. Bertukar cerita, bertukar duka, mendendangkan suka. Bahkan menjadikannya sebagai karya berirama. Tawa terbit, luka pun terbenam. Tak ada lagi sakit, tak ada lagi suram.

       Bulan kesepuluh di tahun 2018,
Satu hal baru datang dalam hidup. Berbekal berbungkus-bungkus kata cinta. Merangkai berenteng-renteng diksi mesra. Konon katanya semua berasal dari lubuk. Sang yakin tanpa izin datang menyelinap batin. Nampaknya si luka benar-benar terbenam dan tak ada celah sedikitpun tuk terbit kembali.

       Bulan kesepuluh di tahun 2019,
Berbungkus-bungkus itu kini telah hangus. Berenteng-renteng itu kini tak lagi tertenteng. Konon katanya berasal dari lubuk, ternyata hanyalah serbuk busuk. Sang yakin kini goyah meski tak tersapa angin. Luka yang sebelumnya terbenam, kini kembali terbit dengan sempurna.

       Bulan kesepuluh di tahun 2020,
Rasa Hampa kian menyapa. Tidak ada tanya apalagi jawab. Hanya tersisa begitu besar tanda tanya. Mengapa hari terasa begitu pengap? Tatkala beribu tawa rutin terukir indah pada wajah.

       Bulan kesepuluh di tahun 2021,
Terlihat kembali seseorang. Yang berperawakan jenjang. Yang memiliki sorot mata menawan. Yang senyumnya begitu mempesona. Lengkap dengan gaya bicaranya yang sangat khas.

       Sayangnya, Sayang tinggallah batu karang. Wahai semesta, kenapa baru sekarang? Rasa serta asa terlanjur meng-arang.

(Ditulis: 7 Desember 2021)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun