Rumput laut atau yang biasa disebut seaweed merupakan makroalga yang tidak memiliki akar, batang dan daun sejati. Pada daerah- daerah tertentu di Indonesia, rumput laut sering disebut alga atau ganggang. (Juneidi, 2004).  Memiliki habitat di laut  umumnya melekatkan dirinya pada karang, lumpur, pasir, batu dan benda keras lainnya. Rumput laut merupakan salah satu komoditas potensial yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi. Permintaan pasokan rumput laut cenderung meningkat setiap tahunnya sehingga rumput laut sangat populer dalam dunia perdagangan.
Terdapat sekitar 18.000 jenis rumput laut di seluruh dunia dan 25 jenis diantaranya memiliki nilai ekonomi tinggi. Indonesia terdapat 555 jenis rumput laut dan empat jenis diantaranya dikenal sebagai komoditas ekspor, yaitu Euchema sp., Gracilaria sp., Gelidium sp. dan Sargasum sp. (Atmaja et al, 1996).Â
Saat ini potensi lahan untuk budidaya rumput laut di Indonesia sekitar 1,2 juta ha, namun baru termanfaatkan sebanyak 26.700 ha (Serdiati, 2010). Di Indonesia wilayah yang berhasil mengembangkan budidaya rumput laut diantaranya yaitu Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Timur dan Selatan, Maluku, Irian jaya.
Budidaya Rumput laut cukup mudah, selain itu waktu pemeliharaannya pun singkat yaitu berkisar 45 hari. Budidaya rumput laut tidak memakan biaya yang besar dibandingkan dengan budidaya di Keramba. Pemanfaatan rumput laut sangatlah luas.Â
Menurut Chen & Duan (2000), rumput laut banyak digunakan oleh manusia sebagai bahan makanan. Rumput laut kering sebagai karaginan dan kitin yang banyak dijadikan bahan baku obat-obatan dan kosmetik. tak hanya itu rumput laut juga dimanfaatkan sebagai pakan organisme di laut, menjadi pupuk tanaman dan penyubur tanah dan masih banyak kegunaan lainnya.Â
Rumput laut banyak mengandung nutrisi seperti air, protein, karbohidrat, lemak, serat kasar. Bahan nutrisi yang terkandung bervariasi bergantung kepada jenisnya. Kandungan asam amino, vitamin, dan mineral dalam rumput laut mencapai 10-20 kali lipat dibandingkan dengan tanaman darat.
Rumput laut yang sering dijumpai dan dibudidayakan di Indonesia adalah jenis Eucheuma cotonii yang merupakan jenis rumput laut merah. Â Rumput laut ini mudah didapat dan dibudidayakan karena memiliki pertumbuhan yang cepat serta tahan terhadap suhu dan salinitas. Dalam dunia perdagangan baik nasional maupun internasional, Eucheuma cotonii lebih dikenal dengan nama cotonii.Â
Kemudian berubah nama menjadi Kappaphycus alvarezii karena keraginan yang dihasilkannya merupakan fraksi kappa-karaginan. Umumnya, Eucheuma cotonii memiliki habitat di Kawasan pantai terumbu. Secara Khasnya, Eucheuma cotonii tumbuh di habitat yang mendapatkan aliran air laut yang tetap, variasi suhu hariannya cenderung kecil, dan substrat batu karang mati.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk keberhasilan budidaya Eucheuma cotonii diantaranya:
A. Faktor Lingkungan tempat budidayaÂ
Tempat Budidaya merupakan salah satu factor keberhasilan dalam kegiatan budidaya, Parameter yang dapat jadi pertimbangan  untuk pemilihan lahan budidaya Eucheuma cotonii adalah :