Mohon tunggu...
Wenfi
Wenfi Mohon Tunggu... Administrasi - Penikmat Susu Jahe

Menulis ditemani secangkir susu jahe manis.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Harga Diri Laki-laki

25 Mei 2019   20:43 Diperbarui: 25 Mei 2019   21:12 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: unsplash.com

Saya baru saja kumpul dengan teman-teman KKN. Kemarin ini. Di warung kopi: Kopas. Yang murah dan Wi-Finya gratis itu. Begitu pesan teman saya ketika memilih tempat.

Belakangan saya juga melunak. Karena sebelumnya selalu kekeh menolak ajakan ngopi bareng. Dari siapapun.

Kali ini pun luluh bukan karena diajak. Namun karena kesadaran. Agar tetap normal dan waras.

Sekarang, bila ada yang mengajak pasti saya iyakan. Saya suka menyimak pengalaman orang lain. Menarik. Apalagi soal rencana masa depan. Beserta kesulitannya. Atau bidang pekerjaan yang dia geluti..

Entahlah. Bagi saya itu menarik. Salah satu topik krusial bagi cowok. Setidaknya, ada tiga hal yang sering diobrolkan para cowok: harta, tahta, dan wanita.

Tiga hal itu jadi topik yang tidak ada habis-habisnya untuk dibahas. Biasanya dua topik di awal dibahas seru sekali. Hampir semua teman saya berapi-api ketika bicara tentang itu.

Sedang topik yang terakhir: wanita, biasanya sudah agak seret. Serius. Juga sedikit galau. Bukan galau karena putus. Apalagi penolakan. Itu sudah bukan jamannya lagi.

Mereka galau karena ada tuntukan untuk menjalin hubungan yang serius. Pun bukan hanya ke pacar. Tapi ke orangtua si pacar juga.

Teman saya sampai rela memutuskan pacarnya. Gara-gara dituntut cepat-cepat kawin sama pacarnya. Lebih tepatnya, orangtua si pacar yang minta itu. Mungkin karena ingin segera punya momongan.

Sedang sikap teman saya: belum siap. Karena soal harta belum dipegang. Setidaknya sampai ada jaminan. Jadilah teman saya memutus hubungan itu.

Tujuannya: agar si pacar tidak terbebani dengan status mereka. Dia tidak ingin menggantungkan hubungan mereka. Apalagi kalau ada laki-laki baik yang melamar si pacar.

Kata teman saya: harus berani sakit di awal!

Kini sudah satu tahun berlalu.. Teman saya mengaku masih sering chatting dengan mantan pacarnya itu. Meskipun sudah dia blokir berulang kali. Pun luluhnya berulang kali. Gara-gara SMS dari mantannya: nomorku kamu blokir, ya?

Pun mantannya itu masih berharap. Sesekali dia kasih kode ke teman saya. Sampai bilang: soal biaya biar ayah (si pacar) dulu yang tanggung. Teman saya tetap kekeh. Tidak mau. Katanya: harga diri.

Saya tahu keluarga teman saya itu cukup berada. Terlihat dari barang-barang yang dia punya. Bagus-bagus semua. Jikalau teman saya mau, sudah sejak lama hajat itu terlaksana. Tapi itulah prinsip yang dia pegang.

"Kalau sudah dapat pekerjaan yang 'lumayan', gimana?", tanya saya.

Jawabnya: saya langsung datangi rumahnya! (wendra)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun