Mohon tunggu...
Welhelmus Poek
Welhelmus Poek Mohon Tunggu... Konsultan - Foto Pribadi

Welhelmus Poek seorang aktivis NGO yang sangat intens advokasi isu-isu Hak Asasi Manusia terutama hak-hak kelompok marginal, secara spesifik memperjuangkan hak-hak anak muda, gender dan keadilan sosial lainnya. Lahir di Pulau Rote, 17 Juni 1981. Mengawali karir NGO di Plan International Indonesia tahun 2004 hingga 2015. Kemudian bergabung dengan Hivos International tahun 2016 untuk program energi terbarukan di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. Tahun 2018-2019 melanjutkan study Master of International Development di University of Canberra. Tahun 2020 kembali bergabung dengan Hivos International untuk program energi terbarukan di Pulau Sumba. Welhelmus juga aktif di Forum Akademia NTT dan masih mensupport aktivitas Institute of Resource Governance and Social Change (IRGSC) Kupang, NTT hingga kini.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kartini Masa Kini, Jangan Saling Menjatuhkan

27 April 2021   13:09 Diperbarui: 27 April 2021   13:29 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi saya perjuangan Kartini jaman sekarang, oleh kaum perempuan harusnya lebih dari sekadar mengenakan kebaya sebagai simbol perjuangan. Upaya-upaya advokasi yang dilakukan teman saya Astrid, mestinya mendapatkan dukungan penuh. Terutama dari kaum perempuan, bukannya malah saling menjatuhkan. Perempuan mestinya dengan segala sesuatu yang ada saat ini lebih berani berada di depan dengan mengeksplorasi kemampuan dan potensinya.

Kalau Astrid saja bisa melakukan hal-hal yang bagi saya pun butuh effort yang besar, mengapa yang lain tidak bisa? Kartini sekarang mestinya lebih mengeksplore kemampuannya, sekecil apapun itu. Harus lebih berani menonjolkan diri melalui aktivitas berdampak sosial lebih besar. Dengan demikian, lebih banyak lagi perempuan menjadi panutan sejajar dengan aktivitas laki-laki. Karena itu, peluang-peluang yang ada mestinya dimanfaatkan dengan baik. Misalnya, dengan adanya dukungan dari pemerintah Indonesia dan berbagai sponsor luar negeri, perempuan mestinya lebih banyak mengambil kesempatan melanjutkan studi mereka sebagaimana yang diinginkan oleh Kartini. Namun, pada kenyataannya, ruang-ruang ini belum dimanfaatkan dengan baik. Celakanya, justru perjuangan eksistensi diri ini acapkali dirongrong oleh kaumnya sendiri. Ini sangat menyedihkan.

Benar bahwa alasan di atas bukan satu-satu penyebab kegagalan perempuan mengambil peluang eksistensinya. Harus kita akui bahwa sampai detik ini masih banyak laki-laki yang belum dengan suka rela memberikan akses, kekuatan, dan kontrol yang bebas bagi kaum perempuan. Masih banyak di antara kaum patriaki ini yang belum berada bersama dalam sebuah kapal perubahan. Mereka masih mengsubordinat kaumnya Kartini. Padahal, kita sangat mengharapkan munculnya Kartono-Kartono jaman sekarang.

Perempuan masih terjajah. Walaupun demikian kita tidak bisa menampikan perubahan-perubahan yang sudah terjadi hingga detik ini. Perjuangan kaum perempuan yang tak henti-hentinya dan bahkan mungkin dukungan dari kaum laki-laki yang sudah sadar mengantarkan perempuan pada titik-titik perubahan saat ini.

Sudah semestinya baik kaum perempuan maupun laki-laki bergandengan tangan untuk meneruskan esensi perjuangan Kartini. Perjuangan yang tidak sekadar menuntut persamaan hak atau kesetaraan gender, tetapi lebih dari itu bagaimana memberikan ruang yang lebih luas bagi perempuan untuk lebih bebas menentukan derajat kehidupannya. Namun demikian, perlu diingat jangan sampai perjuangan mulia ini justru dinodai lagi oleh kaum perempuan itu sendiri.

Penulis: Welhelmus Poek*

*Aktivis NGO, tinggal di Kupang, NTT.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun