Mohon tunggu...
Welhelmus Poek
Welhelmus Poek Mohon Tunggu... Konsultan - Foto Pribadi

Welhelmus Poek seorang aktivis NGO yang sangat intens advokasi isu-isu Hak Asasi Manusia terutama hak-hak kelompok marginal, secara spesifik memperjuangkan hak-hak anak muda, gender dan keadilan sosial lainnya. Lahir di Pulau Rote, 17 Juni 1981. Mengawali karir NGO di Plan International Indonesia tahun 2004 hingga 2015. Kemudian bergabung dengan Hivos International tahun 2016 untuk program energi terbarukan di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. Tahun 2018-2019 melanjutkan study Master of International Development di University of Canberra. Tahun 2020 kembali bergabung dengan Hivos International untuk program energi terbarukan di Pulau Sumba. Welhelmus juga aktif di Forum Akademia NTT dan masih mensupport aktivitas Institute of Resource Governance and Social Change (IRGSC) Kupang, NTT hingga kini.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pahlawan, Lebih dari Sekadar Sebuah Gelar

10 November 2018   21:12 Diperbarui: 10 November 2018   21:32 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bila anda penikmat film laga, tentu film Troya tidak asing ditelinga. Ya, film ini menceritakan bagaimana pasukan Yunani berhasil menerobos masuk ke dalam benteng pertahanan Troya dan kemudian memporak-porandakan kota tersebut. Dan, akhirnya merebut kota Troya.

Perang Troya ini awal mulanya dipicu ketika Paris, Pangeran Kota Troya Putra Raja Priamos, menculik istri Menelaos (Raja Sparta), Helene. Perang ini ditulis dalam beberapa naskah kuno Yunani, misalnya Iliad dan Odisseia karya Homeros. Dikisakan bahwa peristiwa ini terjadi disekitar abad ke-12 atau 13 SM. Ada anggapan bahwa Kota Troya terdapat di Turki modern. Ini disertai dengan berbagai bukti arkeologi.

Kembali ke cerita heroic pengepungan Kota Troya...

Berhasil masuk ke dalam benteng Troya bukan perkara mudah. Pasukan Yunani paling tidak membutuhkan 10 tahun lamanya sejak perang tersebut bergejolak baru bisa mencapai titik pertahanan ini.

Kok bisa? Ya, sangat bisa. Berbagai siasat perang sudah dilakukan. Tapi hasilnya tetap saja gagal. Sementara kekuatan pasukan Troya juga terbilang sangat-sangat kuat pada masa itu. Prajurit Yunani tidak kehilangan akal. Hingga pada akhirnya pada suatu waktu para prajurit Yunani berhasil mengelabui para petinggi Troya dengan bersembunyi di dalam Kuda Troya. Loh, kok bisa bersembunyi dalam kuda? Ya, ini kuda-kudaan. Kuda-kudaan ini berukuran raksasa dan mampu menampung para pejuang Yunani.

Lalu bagimana bisa prajurit Yunani dan Kuda Troya ini bisa lolos? Konon ceritanya Kuda Troya ini ditujukan untuk pengabdian kepada Poseidon. Poseidon dalam mitologi Yunani, dikenal sebagai Dewa yang menguasasi laut, sungai dan danau.

Kaitannya dengan kuda, Dewa Poseidon memiliki kendaraan yang ditarik oleh makluk setengah kuda setengah ikan. Bahkan Dewa inilah yang menciptakan kuda sebagai upaya dalam merayu Dewi pertanian dan kesuburan 'Demeter'. Nah, atas alasan ini, para petinggi Kota Troya beralibi bahwa Kuda Raksasa ini tidak berbahaya dan diperbolehkan masuk ke dalam benteng Troya.

Disinilah awal mula hancurnya Kota Troya. Pada malam harinya, para pasukan Yunani yang berada di dalam 'perut' kuda raksasa ini keluar dan menyerang secara membabi buta. Tentu para pasukan, bahkan sang Raja dan Pangeran-pangerannya tidak menyadari ini. Mereka sama sekali tanpa persiapan. Sementara pasukan Yunani sudah dalam posisi siap tempur hingga titik darah penghabisan.

Pertanyaannya siapa dibalik kesuksesan ini? Sejarah mencatat bahwa ada seorang pemuda tampan dan gagah perkasa tampil sebagai pahlawan dalam perang ini. Arkhiles, Namanya. Arkhiles anak dari Peleus dan Thetis. Pemuda ini memang sudah diramalkan oleh Kalkhas akan menjadi pembeda dalam kehancuran Kota Troya. Dan, ramalan ini terbukti benar. Dibawah komando Arkhiles, pasukan Yunani menghancurkan Kota Troya.

Lalu bagaimana dengan Indonesia?

Sejarah perjuangan bangsa Indonesia mencapai kemerdekaannya juga tidaklah mudah. Banyak anak bangsa dari Sabang sampai Merauke, dari Pulau Miangas sampai Pulau Rote mati berbantalkan tanah demi Indonesia Raya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun