Mohon tunggu...
Welga Febdi Risantino
Welga Febdi Risantino Mohon Tunggu... Tim Kreatif RCTI -

'Matikan TV mu Sehari' selalu saya serukan kepada banyak orang meskipun saat ini sedang menjalani karir sebagai Tim Kreatif RCTI. Alumnus S-1 di Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya. Pernah menjadi Pemimpin Redaksi Kavling 10 Online Universitas Brawijaya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Opera van Java, Perusakan Pakem Wayang Orang

25 Juni 2014   22:35 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:57 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Opera van Java yang disingkat OvJ merupakan sebuah komedi wayang orang yang diangkat dalam pertelevisian.

Suasana OvJ sendiri sama dengan wayang orang secara tradisional yaitu terdapat dalang, sinden, gending-gending Jawa lengkap dengan gamelannya, serta narasi mulai dari awal sampai akhir.

Andi Chairil, Kepala Departemen Produksi Trans 7 menjelaskan bahwa OvJ dapat memberikan nilai edukasi yaitu nilai-nilai kebudayaan Indonesia yang sangat kaya. saat ini Andi menyesalkan anak-anak zaman sekarang sudah sudah melupakan kebudayaan Indonesia.

Edy Sutoro (64 tahun), pelatih karawitan yang tinggal di daerah Singosari ini mengatakan bahwa wayang orang pada dasarnya merupakan sebuah pakem, bukan sejarah. Wayang orang ini lebih ke traisi peninggalan nenek moyang yang jalan ceritanya tetap Mahabharata dan Ramayana. Berasal dari India.

Sementara itu, Abdul Rahmat, dalang wayang orang yang tinggal di daerah Sawojajar Kota Malang menilai OvJ merupakan produk salah kaprah. Menurutnya OvJ merusak pakem dan budaya asli Jawa. Dia khawatir bagi orang ataupun remaja saat ini yang tidak tahu menahu mengenai wayang akan memahami wayang sama seperti yang digambarkan OvJ. Padahal sebenarnya pakemnya bukan seperti itu. Gatotkaca yang dulu diperankan oleh Sule saja bajunya terbalik da tingkah lakunya seperti itu, padahal gatotkaca adalah seorang kesatria.

Dalang sendiri diumpamakan sebagai Tuhan, yang anggun dan dalang tidak boleh meninggalkan tempat. Dalang itu mengatur, bukannya diatur oleh pemainnya.

Sementara itu, seniman wanita dari Malang sekaligus pemain wayang orang Enggar Budi Perwati (50 tahun) menyebutkan bahwa OvJ tidak sama sekali menampilkan kebudayaan Jawa. "Tidak sama sekali, kalau dikatakan mendidik. Dimana? Yang kita contoh dimana? Sopan Santunnya dimana?

Upaya OvJ mengenalkan wayang orang tetapi salah pakem itu ibaratnya seperti orang penjual bakso, karena ingin laku maka ia membuat kreasi dengan bakso-bakso lainnya.

Acara ini terkesan seperti ketoprak humor dibandingkan memunculkan unsur budayanya. Ceritanya pun tidak aturan. Pantas OvJ membuat slogan "dalangnya ngawur, wayangnya bingung...."

Toro pantas menyebut OvJ sebagai wayang kontemporer. Wayang kontemporer itu dikembalikan pada alam pikiran seseorang, menyesuaikan diri dengan apa yang terjadi sekarang, ada juga unsur-unsur komersial. Tetapi kadang-kadang ini merusak tatanan, pakem, meninggalkan tradisi-tradisi. Seni Jawa kan pusaka bangsa. Harus dilestarikan dan dijunjung tinggi.

Cerita dibuat sembarangan. Padahal Enggar mengatakan kalau membuat cerita dalam pewayangan tidak boleh sembarangan. kalau menceritakan tidak sesuai sebagaimana mestinya nanti akan ada kejadian yang bisa membuat malapetaka.

Bagaimana menurut anda penikmat OvJ?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun