Mohon tunggu...
Welga Febdi Risantino
Welga Febdi Risantino Mohon Tunggu... Tim Kreatif RCTI -

'Matikan TV mu Sehari' selalu saya serukan kepada banyak orang meskipun saat ini sedang menjalani karir sebagai Tim Kreatif RCTI. Alumnus S-1 di Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya. Pernah menjadi Pemimpin Redaksi Kavling 10 Online Universitas Brawijaya.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kisah Suap Masuk UB (Berdasarkan Kisah Nyata)

17 Juni 2014   19:14 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:22 821
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang ibu bercerita secara lantang kepadaku mengenai suap yang ia lakukan kepada pembantu Rektor 2 UB (Universitas Buaya; sebut saja begitu) Ngalam untuk memasukkan anaknya pada sebuah fakultas sebut saja Fakultas Perikan-ikanan dan Ilmu Kelaut-lautan (FPIK) saat saya menaiki kereta ekonomi jurusan Ngalam.


Dia tidak ragu menceritakannya kepadaku, meskipun dia bisa saja terkena jerat hukum KPK kalo ada yang melaporkan.



Awalnya ia prihatin dengan nasib anaknya yang tidak diterima dimana saja saat ujian masuk Universitas. Dia duduk termenung di depan perpus kampus UB. Ia lalu didatangi seseorang lelaki muda dan menanyakan kepada ibu kenapa kok sendiri. Lalu si Ibu menjawab dia bingung krn anaknya tidak diterima di mana-mana.. Lalu lelaki muda itu mencoba menawarkan 'jalur dalam' masuk kampus UB.


Dia setuju. Setelah itu, ia diberitahu untuk bertemu ibu L, pegawai perpustakaan kampus UB.
Dihampirilah ibu L, oleh ibu itu. Ia menyatakan niat untuk memasukkan anaknya di FPIK.


Lalu ia disuruh menunggu dulu. 4 jam dia menunggu kepastian. Akhirnya ia disuruh bertemu dengan PR 2 UB. Hmmm.. Ternyata di depan ruang PR 2 banyak sekali bapak dan ibu yang mengantri.. Dan ibu sempat bertanya-bertanya masuk berapa harganya. Ada yang mengakui Fakultas Kesakitan (FK) masuknya 250 jt.. Ada tiap fakultas pun berbeda.

Tibalah giliran si Ibu masuk ke ruang PR 2. Pertama kalinya ia bertemu dengan pejabat tinggi kampus itu. Lalu dimulailah perbincangannya. PR 2 bilang, masuk FPIK itu 60 juta. Ibu itu kaget dan mengakui kalo tidak ada uang sebanyak itu. Akhirnya stelah negosiasi, ditemukanlah kesepakatan 40 juta dengan mempertaruhkan jabatan ibu sebagai PNS berupa SK guru. Tetapi dia diperingatkan untuk merahasiakannya dan menjaga nama baik Korpri (PNS). ...'Dirahasiakan tapi kok diomongkan ke saya...'



Setelah perbincangan itu, ibu dipersilahkan keluar ruangan lewat pintu yang berbeda dari pintu masuk. Agar saat keluar tidak bertemu orang tua mahasiswa di luar pintu masuk dan tidak berbincang.


Beberapa hari kemudian, bermodal nomor telpon PR 2, ia berjanji bertemu di sebuah cafetaria kampus UB. Ibu ini pun menceritakan uang suap 40 juta nya dimasukkan dalam amplop coklat dibuntel dengan kresek hitam. Setelah bertemu, ia segera menyerahkan uang itu kepada PR 2.


Anak ibu itu saat ini sudah lulus dari kampus dan bekerja pada sebuah pabrik di kota B.


Sebuah 'pengakuan dosa' kepada orang yang baru dikenal seperti saya cukup mengagetkanku. Selama ini aku mendengar kisah-kisah suap itu dari orang ketiga / keempat. Tapi aku denger langsung pernyataan suap itu dari pelaku asli. Serta tidak sungkan menjelaskan kronologinya.

Sebuah gambaran kecil negeri ini. Meskipun sudah menjabat sebagai PNS, gaji tetap serta dapat tunjangan pensiun, tapi mereka masih saja tidak berjalan pada jalan yang benar. Mencoreng korps pegawai, dan bertindak KKN.


Takutnya kalo kita dari awal sudah berjalan pada jalan yang salah, suatu saat nanti akan terulang oleh anak dan cucunya.

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun