Mohon tunggu...
Vie Marte
Vie Marte Mohon Tunggu... Guru - Hakikat hidup itu untuk memberi manfaat dan setidaknya menghasilkan karya walau sedikit.

Hakikat hidup itu untuk memberi manfaat dan setidaknya menghasilkan karya walau sedikit.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bluebells untuk Si Kuper | Bag. 2

24 Mei 2019   16:15 Diperbarui: 24 Mei 2019   16:22 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : www.goodhousekeeping.com

Vina adalah gadis pendiam yang cantik dan cerdas. Banyak lelaki yang jatuh hati dengan kelembutan sikap, kecerdasan apalagi kecantikannya. Namun ia tak banyak bicara bahkan temannya bisa dihitung dengan jari. Sifatnya itulah yang membuat pria yang menyukainya enggan dan ragu untuk menyatakan perasaannya dan mencoba lebih dekat lagi dengannya. Waktu itu hanya aku yang berani secara blak-blakkan mendekatinya. Mungkin karena sikapku yang ramah dan ringan tangan kepada siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan. Selera humorkupun diakui teman-teman tinggi dan berkualitas, sehingga mudah menarik simpati orang lain.

Saat itu setiap aku melihat Vina pasti ia sedang seorang diri dengan bukunya. Hatiku terketuk untuk menemaninya dan ingin mengenalnya lebih jauh karna rasa penasaranku pada awalnya. Kenapa ia bisa sediam itu. Dan mengapa ia sangat menyukai buku? Ternyata setelah aku mengenalnya aku merasakan sisi lain yang tak pernah aku temui pada diri teman-teman perempuanku yang aku kenal. Dia penuh kelembutan, kehangatan dan kenyamanan. Tak perlu waktu lama untukku jatuh hati padanya, ternyata iapun membalas perasaanku juga. Bahagia, untukku kala itu. Dia tak tahu banyak hati laki-laki lain yang diam-diam kecewa dengan kami.

Namun, gosip memang cepat menyebar daripada api yang melahap bensin. Hampir semua teman perempuanku tak suka hubunganku dengan Vina. Mereka merasa bahwa Vina gadis yang buruk dan tak pantas bersanding denganku yang notabene masuk dalam kategori anak gaul atau sosialita. Mereka khawatir Vina akan menghambat pergaulanku dengan teman-temanku. Mungkin karena mereka tak mengenal Vina dengan baik sebab sifatnya yang terlalu tertutup dan tak suka berbasa-basi layaknya perempuan pada umumnya. Aku yang easy going disalah artikan untuk mereka agar Vina cemburu dan putus denganku. Segala cara mereka selalu coba mencegahku untuk bertemu atau sekedar pergi bersama atau bertatap muka dengan Vina. Hingga Vina benar-benar merasa kesepian dan kehilanganku. Membuat keraguan di hatinya.

Parahnya, diam-diam mereka selalu membuat fitnah sebanyak-banyaknya. Hingga suatu hari, ketika itu, aku, Anton, Ima, Ratna, Sheila mengerjakan PR di rumah Ima. Ketika disela pengerjaan tugas, mereka semua berenang untuk mendinginkan kepala yang panas akibat tumpukkan tugas. Aku sengaja tidak ikut dan tetap dengan laptopku karna ingin menjaga perasaan Vina walau Vina tak ada disana. Sambil menunggu mereka berenang, aku kemudian menuju dapur untuk membuat kopi sebelum melanjutkan tugas. Tiba-tiba Ima datang dengan masih mengenakan baju renagnya yang masih basah dan bertanya padaku tentang seberapa jauh tugas yang telah dikerjakan. Aku yang lengah tidak tahu bahwa ternyata Sheila dan Ratna telah memotret kami dengan posisi kamera seolah-olah aku dan Ima sedang bermesra-mesraan, padahal sama sekali hanya sebatas ngobrol tugas biasa. Aku sama sekali tak ada rasa apapun dengan Ima, kecuali sahabat semasa SMA. Di hatiku hanya Vina seorang.

Besoknya sepulang sekolah, Vina marah-marah dan menunjukkan fotonya padaku. Aku yang ikut terbawa emosi kala itupun menganggap bahwa Vina kekanak-kanakkan, berubah menjadi perempuan yang bergaun kecemburuan, pengekang, dan tak percaya lagi denganku. Bagiku, apalah arti sebuah hubungan jika tak saling percaya. Semuanya bagai menggandeng batang pohon mangga. Akupun memutuskan hubunganku dengan Vina saat itu juga. Kulihat ia berpaling dengan mata indahnya yang dipenuhi dengan air matanya. Hari berlalu, aku semakin menunjukkan keakrabanku dengan teman-teman perempuanku terutama Ima. Membuat persangkaannya semakin nyata. Sudah tentu membuat Vina begitu kecewa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun