Mohon tunggu...
Vie Marte
Vie Marte Mohon Tunggu... Guru - Hakikat hidup itu untuk memberi manfaat dan setidaknya menghasilkan karya walau sedikit.

Hakikat hidup itu untuk memberi manfaat dan setidaknya menghasilkan karya walau sedikit.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

"Bluebells" untuk Si Kuper | Bag.1

18 Mei 2019   06:34 Diperbarui: 18 Mei 2019   06:55 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : www.goodhousekeeping.com

Aku merasakan jantungku berdetak cukup kencang ketika kulihat sesosok wanita berkaca mata yang sudah cukup lama aku tak melihatnya. Dia terlihat berbeda, lebih cantik dari terakhir kali aku melihatnya. Meski sudah lama sekali tapi aku benar-benar masih mengingat kapan terakhir kali kita bertemu.

Frame kacamatanya yang lebih besar namun pas dengan bentuk wajahnya, ditambah kardigan berwarna pink yang selaras dengan gaun pajangnya yang bermotif bunga-bunga. Aku suka dengan gaya barunya itu. Apalagi kini ia telah berhijab. 

Walaupun  aku tetap bisa mengenalnya meskipun ia telah berhijab. Sungguh kuakui dia jauh lebih cantik dari yang dulu. Membuatku semakin terpesona saja.

Rasanya canggung sekali untuk bertemu dan berbincang lagi dengannya hari ini. Setelah sekian lama tak  jumpa. Mungkinkah dia mengingatku? Jika tidak, maka sakitlah jiwaku. Dan jika ia masih mengingatku, apakah ia masih mau melihatku apalagi berbicara denganku? Ah, sungguh kali ini aku tak perduli lagi. Sudah begitu lama aku menanti moment ini terjadi.

Aku langkahkan kaki perlahan menuju toko bunga itu. Di bawah terik matahari yang begitu menyengat ditambah perasaanku yang tak percaya diri ini dan diselimuti kabut kecemasan membuat peluhku mengucur cukup deras.

"Ehhemm, hai...," kataku dari balik punggungnya.

Dia sedikit terkejut, lalu menoleh dengan indahnya. Huuumm..., aroma parfum ditubuhnya wangi sekali. Dia bagai bunga yang menjelma menjadi sesosok wanita. Aku curiga, toko bunga ini  wangi bukan karna bunga-bunga yang ada di toko ini, melainkan karena dirinya. Bahkan bunga-bunga yang dijualnya kalah dengan kecantikan dan keindahannya. Aku rindu.

Dia memandangku sebentar. Memperhatikan setiap detail dariku. Cukup lama dia memperhtikanku. Dalam keheningan yang tercipta, kami saling menatap dan memandang satu sama lain. Waktu seakan berhenti. Seolah berbisik pada kami menerangkan arti dari sebuah kerinduan. 

"Fauzan?",suara lembutnya yang lama tak kudengar, kini menyejukkanku. Tatapan matanya yang tak pernah berubah, penuh dengan cahaya ketulusan. Aku tersenyum bahagia.

"Kau masih mengingatku,Vina?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun