Mohon tunggu...
Vie Marte
Vie Marte Mohon Tunggu... Guru - Hakikat hidup itu untuk memberi manfaat dan setidaknya menghasilkan karya walau sedikit.

Hakikat hidup itu untuk memberi manfaat dan setidaknya menghasilkan karya walau sedikit.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Bunga | Ep. 1 "Musim Semi"

13 Mei 2019   17:54 Diperbarui: 13 Mei 2019   18:36 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : allthingslocal.us

"Jadi, 2 latte dan 1 mocaccino ya mba?" kata masnya mantap. Aku mengangguk heran.

"Tambah 1 nachos dan 1 onion ring?" tanyanya lagi. Aku mengangguk lagi, kali penuh pertanyaan tapi aku tak mau ambil pusing. Kemudian masnya berpaling dengan senyuman menggoda. Akupun juga berpaling dari tatapan dan senyuman mematikannya dan beralih pada jendela lagi. Bahaya!

Kling...kling... bunyi bel tanda seseorang memasuki kedai kopi ini. Kulihat dua bocah yang cekikikan menghampiriku. Mereka duduk dan langsung membuka obrolan tanpa basa-basi dan tanpa salah kepadaku karna keterlambatan mereka yang sudah menjadi budaya mereka. Akupun tak kuasa dan tenggelam bersama mereka. Berbincang-bincang mengenai semua hal yang bisa diperbincangkan. Yang sayangnya tidak ada yang tak bisa diperbincangkan. Kita mengobrol tentang fashion, pekerjaan masing-masing, bahkan politik yang kita sebenarnya tak benar-benar paham  hanya modal ikut kata orang. Sampai Niki membuka sebuah obrolan baru...

"Eh, Re..., lo lupa sama tujuan kita ngumpul?" Lalu Rere berlagak berfikir walau aku tahu dia orangnya gak pernah mikir haha. 

Kemudian dia histeris. Dan mulai menceritakan sebuah berita yang membuat rasa lama yang dulu tenggelam kini mengambang muncul ke permukaan, membebaskan dan memberi oksigen yang menyegarkan pada jiwaku. Rasa yang hampir aku lupa bagaimana rasanya, kini begitu mudah aku rasakan lagi hanya dengan berita Rere itu. Pulang dari situ, aku seperti kembali hidup.

Sepanjang jalan tubuhku bergetar. Bukan karena lapar atau takut. Melainkan rasa bahagia yang teramat sangat. Dan membiarkan bibirku terus mengembang dikedua pipiku. Sejak sore itu, aku pula terus sigap dengan notifikasi handphoneku. Seperti menanti sebuah balasan. Yang entah bisa mengulang waktu atau memaksaku kembali melangkah kedepan tanpa perlu lagi mengenang masa lalu. Sampai malam itu, aku tak bisa tidur. Sampai menjelang tengah malam...

Grrr, grrrr..... getar notifikasi handphoneku. Tak sabar ku untuk membukanya. Seketika hari itupun menjadi musim semi  untukku. :)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun