Mohon tunggu...
Weinata Sairin
Weinata Sairin Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Teologi dan Aktivis Dialog Kerukunan

Belajar Teologia secara mendalam dan menjadi Pendeta, serta sangat intens menjadi aktivis dialog kerukunan umat beragama

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Menulis Puisi dengan Visi

11 Maret 2023   08:14 Diperbarui: 11 Maret 2023   08:31 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

MENULIS PUISI
DENGAN VISI

Oleh Weinata Sairin

isilah hidup
dengan hal-hal non rutin dan edukatif
agar hidup itu selalu segar dan tegar
isilah hidup dengan aneka
kegiatan
dan aktivitas
isilah dengan menulis
menulis banyak hal
menulis buku harian
menulis silsilah
menulis kesaksian
menulis pengalaman hidup
menulis liryk lagu
menulis surat
menulis
menulis doa
dan curhat kepada Tuhan
menulis artikel
menulis di medsos
menulis cerpen
menulis puisi

kita semua
bisa dan mahir menulis
di era sekolah rakyat
kita di ajari menulis indah
kita diajari menulis dengan tepat akurat
guru membacakan teksnya
lalu kita menulis apa yang dikatakan pak guru
di sekolah rakyat
kita juga di ajari mengarang
mengarang dengan judul  bebas atau mengarang yang ditentukan judulnya
biasanya pak guru menyuruh kita membuat karangan berjudul
"aku dan keluargaku"
atau " keindahan alam disekitarku"
lalu pak guru pergi meninggalkan ruangan kelas
entah kemana
merokok atau
mengobrol
lalu baru kembali
setengah jam kemudian

aku dikenalkan
pada dunia sastra
sejak di sekolah rakyat
guruku seorang sunda yang gagah
pak oha saefudin acap menulis puisi
dan aku ikut membacanya
ia mengenalkan aku dengan buku puisi dunia
buku gema tanah air
yang isinya penuh dengan puisi para penyair terkenal
seorang guru dari sumedang
yang kontrak dibagian samping rumahku
pak muhna maryatna
rajin menulis puisi
sesudah solat subuh
ia menulis puisi
yang religius

puisi dan sastra
kemudian merasuki kehidupanku
hingga masa kini
ketika puisiku
pertama kali dimuat di koran nasional tahub 70an
ku amat tersanjung
pak yoram aliambar
selalu membantu
mengetik puisiku untuk kukirim ke surat kabar
di era 70 an

hingga saat ini aku masih terus
menulis puisi
menembus kehidupan yang rutin dan monoton
keluargaku, komunitas
koran
televisi
memberi inspirasi berharga dalam menulis puisi

selama pandemi
tiap hari kutulis puisi
memenuhi medsosku
pak sularso sopater salah seorang seniorku menyarankan agar tidak menjadi sampah digital
maka tulisan-tulisanku harus dibukukan
kini lebih 500 an puisi telah terhimpun dalam 6 buah buku

aku akan terus menulis puisi
yang mengedukasi
dan memberi visi
tentang pentingnya kerukunan
keutuhan NKRI
iman harap dan kasih
perlawanan terhadap sara, kejahatan, korupsi, intoleransi, teroris, dan para pengganggu ideologi negara

puisi adalah hidupku
hidupku adalah puisi
puisi yang bervisi dan menginspirasi
hingga ku mati
hingga ku mati.

Jakarta, 11 Maret 2023/pk.4.30

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun