Mohon tunggu...
Weinata Sairin
Weinata Sairin Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Teologi dan Aktivis Dialog Kerukunan

Belajar Teologia secara mendalam dan menjadi Pendeta, serta sangat intens menjadi aktivis dialog kerukunan umat beragama

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Merunduk di Pasar Induk

3 Maret 2023   14:02 Diperbarui: 3 Maret 2023   14:04 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

MERUNDUK DI PASAR INDUK

seorang perempuan tua
dengan tubuh kurus kering
di pagi buta
nampak merunduk
di pasar induk
bersama seorang bocah kecil
yang memegangi
tangannya kuat-kuat

perempuan tua itu
dengan telaten
mengorek-ngorek tumpukan sayuran
yang telah dibuang
oleh pemiliknya
ia memilih dan memilah sayuran yang masih segar
memasukkannya kedalam kantung plastik putih
dan menjualnya dengan harga lebih murah
kepada konsumen kelas bawah
di situ
di pasar induk itu juga

lebih dua tahun
ia jalani kegiatan itu
bersama cucunya
sesudah orang-orang terdekatnya
meninggal
di bunuh covid
begitu cepat
begitu senyap

pasar induk kramat jati
seluas 14 hektar lebih
dibangun tahun 1973
mendekatkan para konsumen dengan petani
sehingga karya para petani
lebih cepat dan lebih mudah terserap pasar
dengan harga terjangkau
ribuan pedagang
terakomodasi
di pasar induk
percepatan pergerakan kehidupan ekonomi
amat bermakna
bagi masyarakat

pasar induk
juga berperan besar bagi rakyat jelata
yang tiba-tiba dicekik kemiskinan
untuk menyambung kehidupan yang
normal dan standar

diksi induk tidak saja bermakna besar, luas
tapi juga
berarti sesuatu yang melindungi
memberi dukungan bagi keberlanjutan
sistemik
ada
kapal induk
nomor induk
rumah induk

seorang perempuan tua
kurus kering
merunduk
tunduk di pasar induk
entah sampai kapan
entah sampai kapan.

Jakarta,1 Maret 2023/pk. 4.20
Weinata Sairin

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun