Mohon tunggu...
Weinata Sairin
Weinata Sairin Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Teologi dan Aktivis Dialog Kerukunan

Belajar Teologia secara mendalam dan menjadi Pendeta, serta sangat intens menjadi aktivis dialog kerukunan umat beragama

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ditebus Allah untuk Berkarya Tanpa Lelah

27 November 2022   02:25 Diperbarui: 27 November 2022   02:52 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gereja|sumber: frameweb.com

, MINGGU 27 NOVEMBER 2022

DITEBUS ALLAH
UNTUK BERKARYA TANPA LELAH

Oleh Weinata Sairin

"Aku telah menghapus  segala dosa pemberontakanmu seperti kabut diterbangkan angin, dan segala dosamu seperti awan yang tertiup. Kembalilah kepada-Ku, sebab Aku telah menebus engkau!" ---Yesaya 44:22

Allah yang dalam Perjanjian Lama (PL) dialami dan dikenal sebagai Allah yang bertindak proaktif dalam peristiwa pembebasan umat Israel dari perbudakan di Mesir adalah Allah yang setia dan Allah yang mengasihi. Allahlah yang telah menetapkan Israel sebagai umat pilihan, yang melalui mereka bangsa-bangsa lain akan mengenal Allah Israel dan sekaligus percaya kepada-Nya. Allah menetapkan strategi agar Israel sebagai umat pilihan tetap genuine dan steril dari pengaruh dunia sekuler dengan daya tariknya yang amat luar biasa pada waktu itu. Strategi itu antara lain dengan menetapkan berbagai hukum dan peraturan yang akan menolong umat untuk survive dan tidak kehilangan identitasnya.

Ada Dekalog, 10 Perintah Allah, yang mengatur dimensi vertikal dan horizontal dari pola relasi umat Israel. Ada Kitab Imamat, Yang mengatur amat detail bagaimana kehidupan umat di zaman itu.

Namun, sejarah umat Israel mencatat dengan gamblang sekali bahwa mereka gagal menampilkan diri sebagai "umat pilihan". Mereka tak mampu memerankan diri sebagai "duta" atau "sales promotion", malah mereka tergiur dan tergoda dengan dunia sekuler di zaman itu yang relatif belum seheboh di zaman ini. Mereka ikut percaya dan menyembah Dewa Baal, mereka melakukan berbagai tindakan yang bertentangan dengan hukum Tuhan. Kemudian, Tuhan menghukum mereka. Mereka berteriak minta tolong, Allah menolong; pola perilaku dengan skema seperti itu selalu berulang dalam sejarah Israel.

Allah memilih Israel sebagai umat pilihan-Nya sesuai dengan "hak prerogatif" yang la miliki. Menurut Ulangan 7:6---8, dst., Allah memilih umat Israel sebagai umat kesayangan-Nya bukan karena secara numerik mereka mayoritas, melainkan karena Tuhan mengasihi bangsa itu dan memegang sumpah-Nya yang dulu sudah diikrarkan kepada nenek moyang mereka. Status umat pilihan ini terjadi karena insiatif Allah, bukan karena umat mendaftar, bukan karena perbuatan dan prestasi manusia. Konsep umat pilihan itu juga berkaitan erat dengan peristiwa pembebasan mereka dari perbudakan Mesir.

Kitab Yesaya Pasal 40 ini, Yang biasanya dalam studi PL disebut Yesaya 11 (40-66), menyoroti berbagai peristiwa dalam sudut pandang akhir zaman pembuangan, yaitu sekitar tahun 540. Tema utama dalam bagian ini pemberitaan bahwa pembebasan umat dari Babel terjadi dan Allah sendiri datang bertindak untuk menebus mereka. Itu semua merupakan wujud bahwa Allah tidak apatis terhadap realitas yang tengah melilit umat pilihan-Nya. Allah berinsiatif, Allah bergerak, Allah melakukan sesuatu agar umat pilihan-Nya dapat tertolong.

Pada Pasal 44: 22 diungkapkan kabar baik penuh sukacita dan perspektif masa depan, yaitu bahwa Allah menghapus dosa dan pemberontakan umat seperti "kabut diterbangkan angin" dan dosa seperti "awan yang bertiup". Kabut tebal yang acap kali dalam penerbangan menimbulkan turbulensi, di ayat itu ditegaskan kabut itu luruh diterbangkan angin. Kabut setebal apa pun tak mampu membendung kuasa ilahi. Dosa pemberontakan umat Israel dihapus oleh Tuhan dalam kasih-Nya, dan peristiwa penghapusan itulah yang diibaratkan dengan "kabut yang diterbangkan angin". Dosa umat juga dihapus seperti awan yang tertiup.

Hal yang menarik adalah bahwa Allah mengundang dan mengajak umat untuk kembali kepada Allah karena Allah telah menebus mereka. Allah sebagai seorang bapa meminta mereka kembali pulang, kembali ke rumah, atau yang dapat dipahami dengan bertobat serta fokus pada penyembahan kepada Allah, tidak lagi backstreet, main mata, dan/ atau selingkuh dengan dewa bangsa-bangsa yang dianggap lebih gagah, heroik, dan bisa dilihat. Penggunaan kata "menebus" pada ayat ini juga menarik karena istilah itu dalam Perjanjian Baru dihubungkan dengan Yesus  Kristus.

Allah selalu memanggil umat-Nya untuk kembali, mengubah arah,metanoia, tidak lari dari rumah, tidak melenceng dari fokus utama,tidak salfok( salah fokus), galfok(gagal fokus).
Mengapa umat harus kembali? Ya, karena umat sudah mengalami pembaruan: dosa dan pemberontakan mereka sudah dihapuskan, bahkan mereka sudah dtebus oleh Allah. Di dalam Perjanjian Baru, Yesuslah yang memanggil umat untuk datang kepada-Nya, Sang Penebus Dosa. Di kayu salib, Yesus menghapus dosa dan pemberontakan umat manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun