PAGI PAGI DI TOKO PERSEGI
toko itu bernama persegi
tiga menit jalan kaki dari rumahku
maka toko itu sudah bis dicapai
tahun 1978-1990 kami tinggal di jalan sangkuning bandung
takjauh dari toko persegi
hampir setiap hari aku dan istriku berbelanja
di toko persegi
toko ini menyediakan kebutuhan sehari-hari lengkap sekali
ada sembako,
minuman,buah segar
sejak pagi toko telah dipenuhi oleh mereka yang berbelanja
berbelanja di toko persegi terasa mudah dan nyaman
barang-barang selalu baru
jauh dari tenggat waktu expired
pada tiap barang yang dijual telah tercantum harga yang pasti
takada ruang untuk tawar menawar
yang menguras waktu dan perasaan
seperti terjadi di pasar-pasar tradisional
nyaris setiap pagi ku datang ke toko itu
pembeli belum begitu banyak
engkoh pemilik toko ramah sekali kepada para pembeli
di suatu pagi
ia berkisah
bagaimana perjuangan mengembang kan toko
yang tidak mudah
kegigihan seorang wiraswasta china selalu saja nampak membekas
dalam kisah-kisah seperti ini
memulai toko
dengan hanya menjual tiga empat barang
lalu menjadi toko besar dengan berpuluh barang-barang retail
hampir selalu menjadi model dari pedagang babah
yang belum bisa tersaingi
oleh pedagang lokal
yang menjual kacang rebus
tapi kacang itu habis dilahap anak atau keponakannya
sehingga ia bangkrut
toko persegi amat laku
karena tempatnya strategis
takjauh dari toko ada kursus kecantikan ariyanti
dan ada sekolah penabur
yang penuh sesak oleh siswa dan kursisten
lima tahun yang lalu sebelum virus menggerus
aku lewat di pasirkaliki
toko persegi masih tetap kukuh berdiri
memberikan jasa layanan bagi banyak orang
entah sampai kapan
entah sampai kapan.
Jakarta, 6 Juli 2022/pk.2.12
Weinata Sairin