Mohon tunggu...
Weinata Sairin
Weinata Sairin Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Teologi dan Aktivis Dialog Kerukunan

Belajar Teologia secara mendalam dan menjadi Pendeta, serta sangat intens menjadi aktivis dialog kerukunan umat beragama

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Akar Pahit Tak Boleh Terjahit

28 Juni 2022   07:58 Diperbarui: 28 Juni 2022   10:37 693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Akar pahit|sumber: japanesestation.com

AKAR PAHIT
TAKBOLEH
TERJAHIT

hidup ini nyaris selalu dikelilingi akar pahit
atau juga dedaunan pahit getir yang hidup di taman-taman kehidupan
akar dan dedaunan pahit
dalam arti sesungguhnya
atau akar dan dedaunan pahit
dalam arti metafor
arti kiasan
yang kadang juga menjadi isi dari pantun atau gurindam

akar pahit dan dedaunan pahitgetir dengan aneka rasa yang amat
menyengat
kini banyak diolah sebagai obat herbal atau empon untuk pengobatan
daun kumis kucing, kelor, sukun, kunyit, jahe, daun jati belanda, daun sirsak
dan banyak lagi
obat-obat herbal
acap bisa menolong untuk meringankan bahkan menyembuhkan umat

akar pahit dan dedaunan pahitgetir dalam bentuk metafor cukup beragam melumuri tubuh
insan fana
bertahun-tahun akar pahit terjahit dalam memori insan
bahkan akar pahit itu
terbawa ke dalam petimati
situasi itu terjadi karena
spirit pengampunan dan mengasihi
belum sepenuhnya
menguasai kedirian insan

beragam bentuk akar pahit dan dedaunan pahit getir hadir memahiti
hidup insan fana
di recall dari lembaga sebelum periode berakhir,
tidak mendapat rekomendasi untuk studi lanjut,
sudah mendapat rekomendasi tapi yang dilantik orang lain,
mendapat surat protes karena memenangka pemilihan,
dan entah apa lagi

tatkala usia makin menua
dan tubuh dilumat uzur
maka takboleh lagi ada akar pahit menghimpit
menjepit
lembaran kehidupan
seluruh akar pahit harus dimusnahkan
agar tubuh bersih jernih
suci kudus
menanti tulus
panggilan Sang
Pegutus.

Jakarta, 29 Juni 2022/pk.7.50
Weinata Sairin

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun