Mohon tunggu...
Weinata Sairin
Weinata Sairin Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Teologi dan Aktivis Dialog Kerukunan

Belajar Teologia secara mendalam dan menjadi Pendeta, serta sangat intens menjadi aktivis dialog kerukunan umat beragama

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hujan Dini Hari

15 Januari 2022   10:18 Diperbarui: 15 Januari 2022   10:21 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hujan | sumber: letterpile.com

HUJAN DINI HARI

air hujan menetes dari langit hitamlegam
di hari sabtu dinihari
hujan seperti ini biasanya berlangsung lama
dan awet
udara dingin menusuk hingga bagian paling dalam merasuki tulang sumsum
virus-virus dan bakteri berkeliaran mencari mangsa
insan-insan lemah fisik
yang dicekam stunting akan mudah jatuh
menggelepar
dalam terkaman virus atau bakteri

kehadiran hujan
pada satu sisi
adalah berkat ilahi
bagi umat manusia yang tengah terpanggang di bumi
namun hujan mengusung pengalaman traumatik yang
penuh duka luka
mengenaskan
tatkala hujan membesar menjadi banjir
dan banjir membunuh jiwa
dan membunuh harapan masadepan banyak orang
utamanya mereka yang diam di bantaran kali
dan mereka yang mengais kehidupan melalui aktivitas pemulung
ojol
pedagang asongan
anak-anak kecil
penjual tisu, permen dan kretek
di perempatan jalan

hujan dini hari
menghadirkan
penyakit batuk flu, asthma, ispa
yang menindih dan menjadi beban rakyat kecil
hujan dini hari
mengoyak dan menginterupsi
mimpi-mimpi masa lampau
yang sempat tersisa mengendap dalam catatan-catatan sporadis

dalam permenungan ditengah tetes-tetes hujan dini hari
meluap tanya :
mengapa derita negeri ini takkenal henti
bersambung terus
seperti episode-episode cerita sinetron televisi
yang penuh sesak dengan iklan konsumtif
mengapa virus
virus terus berkeliaran dan bergentayangan dinegeri ini
bahkan melahirkan virus-virus baru yang lebih dahsyat dan canggih
mengapa ditengah pandemi, erupsi, banjir, gempa
oknum-oknum berdasi makin bernafsu lakukan korupsi dan melaksanakan hasrat mudarat yang sesat
mengapa ajaran agama seakan hanya rumus-rumus formal
dan tidak diwujudkan dalam kebidupan praktis di dunia nyata
mengapa insan fana gemar berbuat cemar
mempraktikan aib, noda dan dosa
mengapa
mengapa
mengapa
hujan dini hari
belum lagi berhenti
dan pertanyaan-pertanyaan retorik hanyut terbawa genangan air hujan
hujan dini hari
membasahi  habitat
umat manusia
manusia tenggelam dalam kefanaannya
dan masih jauh
untuk lakukan pertobatan
entah sampai kapan
entah sampai kapan.

Jakarta,15 Januari 2022/pk 2.56
Weinata Sairin

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun