Mohon tunggu...
Weinata Sairin
Weinata Sairin Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Teologi dan Aktivis Dialog Kerukunan

Belajar Teologia secara mendalam dan menjadi Pendeta, serta sangat intens menjadi aktivis dialog kerukunan umat beragama

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Suatu Siang di Tamini Square

2 Desember 2021   04:14 Diperbarui: 2 Desember 2021   07:18 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasangan lansia | sumber : freepik.com

SUATU SIANG DI TAMINI SQUARE

 
di suatu siang
aku dan istriku
bertandang ke mal tamini square
takjauh letak mal itu dari rumahku
dengan angkot tiga ribuan
mal itu bisa dicapai

kami berdua acap ke mal itu
untuk memenuhi berbagai kebutuhan primer
istriku biasanya memotong rambut atau facial ke salon
jenny android
dan sambil
menunggu istri
mempercantik
diri
aku ke toko buku gunung apung yang ada di mal itu
cukup banyak jenis buku tersedia di toko buku
dari buku agama, ilmu pengetahuan dan buku-buku hukum, sosial politik dan ensiklopedi
satu jam aku terbenam melihat beragam buku
buku karen anstrong
rhenald kasali
ustadz jefry
aa gim
nasarudin umar
dan buku-buku terbaru yang masih diikat erat
belum dipajang
di dirak buku
atau di counter display
satu jam terbenam bisa dua buku terbaru kudapatkan disitu
dari situ aku ke salon melihat istriku yang kelihatan makin segar
sesudah semua selesai kami makan siang
di restoran sola gracia

biasa kami bersantap disitu menikmati kweetiaw kuah
sapi lada hitam
nasi tim
dan es krim
pergi berdua seperti ini dan menikmati makan siang
sulit dilakukan
ketika aku masih terikat tugas pelayanan
bahkan dalam nafsu seorang workaholic yang kuat
acap terjadi ku korbankan makan siang
lalu pergi melakukan pertemuan
di kementerian ini
atau di kantor itu
karena para petinggi birokrat hanya memiliki waktu
amat terbatas

aku memulai tugas pelayanan tahun 1974
dan memasuki masa emeritasi tahun 2011
beruntung dalam kurun waktu sepanjang itu aku banyak menimba pengalaman
dari para tokoh gereja dan tokoh bangsa
kubangga bisa bertemu sesepuh gkp
abah jakin elia, abah josua aniroen, abah habandi,abah odeh suardi, abah ihromi, abah Dani, abah koernia atje
ku bersyukur mendapat percikan kepiawaian
pak tb simatupang, pak abineno, pak sae nababan, pak fridolin ukur, pak chr kitting, pak latuihamalo, pak martinus abednego, pak pn harefa, beberapa menteri agama dan menteri pendidikan
figur-figur itu cukup memberi pengaruh dalam pelayanan yang kulakukan hampir setengah abad
figur-figur itu sangat rendah hati, ke bapakan
walau ilmunya multi disipliner

kini aku dan istriku menjalani episode-episode terakhir dalam sejarah kehidupan
anakku lelaki dengan sepasang anak
dan anakku perempuan yang masih menanti anugerah anak
hidup dalam
ruang sendiri-sendiri
dalam lokasi yang berbeda
aku dan istri hidup berdua
menapaki hari-hari akhir dengan iman, harap dan kasih
dalam balutan syukur, sukacita dan pengharapan

pergi ke mal atau ke lokasi manapun yang aman dan nyaman
adalah bagian dari upaya membangun kehidupan yang penuh cinta kasih
diantara suami dan istri
sambil terus berkarya
menuju terminal penghabisan

ke mal di suatu siang terjadi riil dua tahun yang lalu
ketika virus ganas buas itu
belum menguasai kehidupan kita

kini aku dan istriku mesti membangun hidup yang nyaman dan menyukakan hati
walau dengan masker, 5 M, prokes ketat
hingga semuanya berakhir
happy end
hidup berdua di era pandemi
harus tetap menyadarkan kita bahwa hidup itu mesti berbuah
berbuah bagi orang lain!

Jakarta, 2 Desember 2021/pk 2.49
Weinata Sairin

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun