Mohon tunggu...
Weinata Sairin
Weinata Sairin Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Teologi dan Aktivis Dialog Kerukunan

Belajar Teologia secara mendalam dan menjadi Pendeta, serta sangat intens menjadi aktivis dialog kerukunan umat beragama

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kemuliaan Surgawi Mesti Diraih

30 November 2021   07:35 Diperbarui: 30 November 2021   07:37 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Langit biru | sumber : freepik.com

KEMULIAAN SURGAWI MESTI DIRAIH

Oleh Weinata Sairin

"Quam cito transit gloria mundi.
Betapa cepat kemuliaan duniawi itu lewat."

Ada banyak orang yang terkesima, terpukau, terlena kepada sesuatu yang biasa disebut "duniawi". Memang acap orang membedakan secara dualitas, misalnya jasmani-rohani, horisontal-vertikal, duniawi-surgawi, dan sebagainya. 

Kata "duniawi" biasanya dihubungkan dengan segala sesuatu yang profan, sekuler, yang kasat mata; terjadi dan berlangsung di dalam dunia dan yang sifatnya fana, temporer dan sementara. 

Duniawi biasa juga dihubungkan dengan jasmani, sesuatu yang bisa dilihat, diraba, nampak secara riil bukan maya, virtual. Dalam arti tertentu kata "duniawi" mengandung konotasi negatif yang dianggap bisa menggerus kekuatan spiritual dan ketangguhan iman seseorang.

Pada kalimat berikut makna kata 'duniawi' bisa termaknai dengan amat jelas. "Di lantai 17 hotel  Adios Amigos setiap orang bisa menikmati kondisi surga dunia. Banyak orang mencari kesenangan duniawi ditempat itu". "Sesudah keluar dari penjara ia tidak lagi melakukan aktivitas duniawi yang melawan hukum, ia fokus pada pemantapan rohani melalui seorang kyai tersohor".

Dari banyak literatur keagamaan istilah "duniawi" memang nyaris bernuansa negatif apalagi jika dikontraskan dengan dimensi "surgawi", "kesurgaan"," transenden" Duniawi, sekuler yang seringkali dipertentangkan dengan yang sakral dan vertikal memang kosa kata yang amat dikenal dalam kehidupan kita sebagai umat yang beragama.

Sejak awal, agama-agama menyatakan dengan amat jelas dan eksplisit bahwa "dunia" itu termasuk benda yang diciptakan. Dunia bukan benda kekal dan abadi yang berada di luar ruang dan waktu. Dunia adalah ciptaan agung dan mahakarya dari Allah, Khalik Alam. Oleh karena itu dunia adalah benda yang fana termasuk segala sesuatu yang ada di dalam dunia.

Manusia diciptakan Allah agar ia mengukir karya terbaik ditengah dunia, mengelola bumi ini dengan seluruh kekayaan yang ada agar dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kemaslahatan umat manusia dari abad ke abad. Sayangnya nafsu penguasaan manusia terhadap bumi amat besar, ia eksploitasi isi perut bumi tanpa mengkalkulasi dengan matang dampaknya bagi generasi berikut dan bagi perkembangan alam itu sendiri. 

Walaupun narasi agama-agama amat jelas menyatakan bahwa kewargaan kita bukan di dunia ini tapi di surga, yang akan dialami dimasa datang, namun manusia terlena pada hal-hal yang duniawi, yang kelihatan, yang bisa diraba. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun