Mohon tunggu...
Weinata Sairin
Weinata Sairin Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Teologi dan Aktivis Dialog Kerukunan

Belajar Teologia secara mendalam dan menjadi Pendeta, serta sangat intens menjadi aktivis dialog kerukunan umat beragama

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hidup Benar-benar Hidup Tatkala Kita Mau Mendengar

1 November 2021   23:48 Diperbarui: 1 November 2021   23:57 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


"Qui habet aures audiendi, audiat. Siapa yang memiliki telinga untuk mendengar, hendaknya dia juga mendengarkan"

Sungguh agung dan akbar Tuhan Yang Maha Esa, Pencipta langit dan bumi serta segala isinya. Karya agung ciptaanNya tak mampu dirumuskan secara sempurna dengan kata-kata manusia yang amat terbatas. 

Karya ciptaanNya mengatasi segala karya yang pernah ada; karya akbarNya tak ada bandingnya. Lihatlah manusia yang Ia ciptakan secara khusus dan istimewa, dan yang amat berbeda dengan makhluk lainnya. 

Manusia memiliki fisik, pikiran, akal budi, perasaan dan berbagai kemampuan lainnya yang memungkinkan manusia mengekspresikan kediriannya secara optimal sesuai dengan tugas panggilannya sebagai manusia.

Salah satu kemampuan yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia adalah 'mendengar'; dalam kaitan itu manusia memiliki telinga. Telinga, kuping sebagai alat pendengaran memiliki makna yang amat penting dan fundamental.

Pemimpin mendengar suara rakyatnya, guru mendengar suara muridnya, suami-istri, anak dan orangtua mesti hidup dengan saling mendengar, saling apresiasi dan mengasihi. Keluarga Besar bangsa yang majemuk mesti saling mendengar. 

Dari mendengar kita memberikan simpati dan empati. Sebagai umat beragama kita harus terbiasa mendengar suara dan lantunan dari Kitab Suci agama-agama, mendengar suara azan, mendengar kidung nyanyian Gereja, mendengar lantunan umat membaca Al Fatihah, Al Ikhlas dan bacaan keagamaan dari agama-agama yang ada. 

Mendengar para sahabat dari Kepepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa menyampaikan problematika yang mereka hadapi di lapangan. Mendengar suara anak-anak, para akademisi, konstituen, para praktisi, para milenial, mereka yang berkebutuhan khusus. 

Ya mendengar banyak hal dari banyak orang yang bisa membarui mindset kita,paradigma berfikir kita. Prof Dr JL Ch Abineno teolog besar dari Kupang NTT, dalam kuliahnya di STT Jakarta tahun 70-an menyatakan agar para pendeta harus lebih banyak mendengar umatnya, jangan hanya berbicara saja.

Mesti ada ruang dalam hati kita untuk mendengar dan menikmati khazanah spiritualitas bangsa kita tanpa harus menutup telinga dan atau menghakimi. Mari mendengar dengan baik, termasuk suara suara yang tak mampu terucapkan yang meluap dari relung hati paling dalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun