Mohon tunggu...
Weinata Sairin
Weinata Sairin Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Teologi dan Aktivis Dialog Kerukunan

Belajar Teologia secara mendalam dan menjadi Pendeta, serta sangat intens menjadi aktivis dialog kerukunan umat beragama

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Berkata Itu Wajib Bijaksana

26 September 2021   13:08 Diperbarui: 26 September 2021   13:09 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

REFLEKSI ALKITAB, 26 SEPTEMBER 2021 : BERKATA ITU WAJIBBIJAKSANA

Oleh Weinata Sairin

"Janganlah terburu-terburu dengan mulutmu, dan janganlah hatimu lekas-lekas mengeluarkan perkataan di hadapan Allah, karena Allah ada di sorga dan engkau di bumi; oleh sebab itu, biarlah perkataanmu sedikit." (Pengkhotbah 5:1)

Kekuatan manusia antara lain terletak pada kemampuannya untuk berkata-kata. Words, 'kata', 'terminologi', digunakan oleh
manusia untuk mengekspresikan dirinya, mengungkapkan pemikiran dan gagasannya, serta berinteraksi dengan sesamanya.

Kata-kata/bahasa telah memungkinkan manusia berkomunikasi dengan berbagai pihak yang hidup di tengah ruang dan waktu, serta
merespons tantangan zamannya. Dalam pengalaman empirik, ternyata manusia kurang cerdas dan bijaksana menggunakan kata,
sehingga muncul kegaduhan yang tidak perlu bahkan yang kemudian berujung pada konflik.

Di tengah memanasnya iklim politik, kata-kata yang bermuatan SARA amat mudah dipersepsikan secara salah oleh komunitas politik tertentu sehingga bisa diperalat untuk menjatuhkan lawan politik.

Para pejabat negara memang sebaiknya tidak membawa ayat-ayat kitab suci agama-agama menjadi referensi pidato mereka. Pancasila, UUD 1945, dan berbagai ketentuan peraturan perundangan yang ada seharusnya sudah cukup untuk dijadikan referensi. Membawa ayat kitab suci ke ruang publik dan menjadi referensi pidato para pejabat negara hanya akan menciptakan iklim seolah-olah negeri ini adalah negara agama, dan bukan sebuah negara berdasarkan Pancasila. Menarik sekali peringatan Pengkhotbah yang dikutip di atas, agar jangan terburu-buru mengeluarkan perkataan dan hemat dalam berkata.

Uraian yang dipercaya ditulis oleh Salomo pada awal abad ke-2 SM ini tetap relevan bagi kita kini, tatkala kata-kata berhamburan di dunia nyata dan di dunia maya dengan pengaruh yang amat besar bagi kemanusiaan.

Gereja dan warga Gereja terpanggil terus-menerus untuk menyuarakan kata kata penuh kasih yang memberi penguatan, pendampingan, penghiburan, dan menyejukkan bagi banyak orang. 

Selamat MerayakanHari Minggu.God bless

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun