Mohon tunggu...
Weinata Sairin
Weinata Sairin Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Teologi dan Aktivis Dialog Kerukunan

Belajar Teologia secara mendalam dan menjadi Pendeta, serta sangat intens menjadi aktivis dialog kerukunan umat beragama

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Merindu Keabadian

22 Juli 2021   10:27 Diperbarui: 22 Juli 2021   10:46 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

MERINDU KEABADIAN

semilir angin pagi yang sejuk merajuk
menerpa tubuh renta tanpa daya
hari baru selalu mekar bersama berkat baru
harapan baru
 
umat beriman
hidup dan menghidupi dogma dogma, seperangkat ajaran, doktrin keagamaan yang mewarnai sejarah hidupnya bahkan sejak kanak kanak,
yang ia terima dari orang tua, guru agama, rohaniwan,
umat beragama yang 'mature', kukuh
imannya, apalagi yang cenderung menjadi sufi, respek terhadap
keberbedaan

umat beriman
bertindak elegan, taat hukum positif  respek terhadap kemanusiaan;
tatkala pagi cerah membuncah di bumi terindah,
harumnya menebar kesetiap sudut hati

umat beriman terus melangkah
tertatih-tatih
tiada letih
dari civitas terrena
menuju civitas dei
dari lembah profan
menuju ke puncak
kemuliaan surgawi
mereka berjalan dalam terang iman
dalam penguasaan tubuh kudus dan spiritualitas bernas

ada kendala dalam perjalanan
ada virus mematikan
dengan beragam varian dan denominasinya
ada genocide di belahan bumi
ada kelaparan, kemiskinan, kemelaratan
ada konflik tanah
berabad-abad
ada degradasi keberadaban
ada pengulangan sikap barbar dan kejahiliyahan
di level mondial
kesemuanya takakan pernah menyurutkan
langkah umat beriman
menuju ruang-ruang keabadian

umat beriman selalu rindu hidup
dalam bingkai eskatalogis
bingkai keakanan

seperti narasi yang memenuhi kitab-kitab suci

umat beriman
yang bersandar penuh kepada Tuhan Yang Maha Esa
terus melangkahgagah
menuju ke keabadian.

Jakarta 22 Juli 2021/pk.4.25

Weinata Sairin

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun