beberapa hari ini
hidup seakan berangkat redup
tiada cahaya
tiada sinar
memancar dari setiap sosok anak negeri
semua nampak bi gung,cemas, waswas
tatapan nanar
kehilangan fokus
bang gonti sejak kemarin terdampar di selasar rumah sakit
demam menyengat
nafas tersendat
seluruh ruangan rumah sakit terisi penuh
ia pasrah menanti
maut yang tengah melangkah menjemputnya
ia tekun berdoa
memohon agar Tuhan memberi yang terbaik.baginya
ia takmampu lagi
berfikir tentang istri dan dua anaknya yang masih kecil-kecil
bang gonti
taksanggup lagi
bicara
istrinya nyaris takpercaya.bahwa bang gonti diterkam covid 19
ia sudah dua kali
di vaksin
hidup terasa makin redup
masadepan redup
negeri ini juga redup
bagai bunga yang kuncup
rumah-rumah sakit penuh
tpu penuh
para nakes banyak yang wafat diamuk covid.19
rakyat jelata,tokoh,selebriti takkuat lagi
bertahan hidup
apakah Tuhan sedang marah
apakah benar Ia tengah menghukum kita
ataukah kita manusia fana yang arogan
penuh egoisme :
kita anggap covid 19 itu takada
kita merasa sangat saleh dan beriman sehingga kita tetap adakan pertemuan, pesta,
hajatan, hut dan sebagainya
kita rajin berkerumun tanpa masker
kita dengan sadar melanggar prokes
kita melangkah lelah terengah-engah
dalam sebuah dunia yang redup
Tuhan, kasihani kami,
ampuni dosa-dosa.kami
nyalakan api cinta didada kami
agar kami tetap bisa hidup dikuatkan api cintaMU
yang tiada pernah redup
Jakarta, 28 Juni 2021/pkm.17.59
Weinata Sairin