Mohon tunggu...
Weinata Sairin
Weinata Sairin Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Teologi dan Aktivis Dialog Kerukunan

Belajar Teologia secara mendalam dan menjadi Pendeta, serta sangat intens menjadi aktivis dialog kerukunan umat beragama

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pemimpin Visioner: Menjadi Pemimpin yang Memimpin

28 Mei 2021   06:23 Diperbarui: 28 Mei 2021   06:42 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"A leader is one who sees more than others see, who sees farther than other see, and who sees before other see". (Leroy Eimes)

Menjadi pemimpin ternyata tidak mudah, dalam bidang apa pun dan pada level mana pun. Ada banyak kriteria yang harus dipenuhi, mulai dari usia, kualifikasi pendidikan, rekam jejak, dan pengalaman. Bahkan, terdapat sejumlah bidang atau sektor yang menuntut kriteria tertentu secara spesifik. Misalnya, mempersyaratkan kemampuan bekerja dalam tim atau kemampuan bekerja  di bawah tekanan dan beberapa kriteria lain yang khas bagi suatu lembaga.

Seiring dengan kemajuan zaman, menjadi pemimpin kian sulit, terutama di lembaga keagamaan. Kesulitan tersebut terjadi bukan karena terbatasnya SDM, melainkan karena "tingkat kesalehan" dan "dimensi vertikal-transendental" dianggap khalayak lebih dibutuhkan di bidang itu.

Apakah menjadi pemimpin dalam keluarga, RT, RW, atau kelurahan bisa dianggap mudah di era digital ini? Para orang tua yang sudah lansia kerap tergagap dan terperangah mendapat pertanyaan dari cucunya tentang gambar dan istilah yang mereka peroleh dari gadget. Ironisnya, anak- anak mulai rentang usia 3 tahun yang hidup di zaman ini sudah terbiasa menghabiskan waktu dengan gadget-nya, tanpa kemampuan kontrol dari orang tua atas konten yang dapat diakses anak.

Banyak orang bijak yang merumuskna pemikiran bernas tentang pemimpin dan kepemimpinan yang patut menjadi referensi di zaman ini. Bahkan, jika kita menggali dari ajaran agama, banyak sekali konsep dan teladan kepemimpinan yang mestinya menjadi pegangan kita.

Persoalan klise yang kita hadapi adalah ajaran agama baru sebatas menjadi pengetahuan tekstual teoretis, belum menjadi pegangan operasional bagi kita. Kesenjangan antara yang tekstual dengan yang operasional harus diakhiri. Leroy Eimes menggarisbawahi perihal "melihat" yang mesti dimiliki pemimpin.

Salah satu kompetensi pemimpin adalah visioner, yakni melihat jauh ke depan. Pemimpin tak boleh terjebak dan terlena oleh benda-benda yang ia lihat dalam jarak dekat. Mari melihat dengan tajam apa yang kita hadapi dan katakan "tidak" terhadap sesuatu yang bukan menjadi hak kita.
Kemampuan seorang pemimpin melihat jauh kedepan takada kaitan dengan derajat kesehatan mata, bukan karena diserang katarak dan atau menjadi pasien RS AINI , tetapi berkaitan erat dengan komitmen, mindset,"ideologi" dan aspek literasi.

Seorang pemimpin di banyak organisasi terbiasa membuat Memori Akhir Jabatan atau Memori Pelayanan diakhir periode kepemimpinan, sebagai bahan bagi pemimpin yang baru untuk meneruskan tugas kepemimpinan dengan baik dan lancar. Dengan cara itu akan terwujud kontinuitas pelayanan dengan kualitas yang lebih baik.

Mari kita kembangkan kepemimpinan yang visioner, humble, penuh dengan roh pelayanan!

Selamat berjuang.
God bless !

Weinata Sairin

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun