Mohon tunggu...
Weinata Sairin
Weinata Sairin Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Teologi dan Aktivis Dialog Kerukunan

Belajar Teologia secara mendalam dan menjadi Pendeta, serta sangat intens menjadi aktivis dialog kerukunan umat beragama

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perbuatan Baik Lahir dari Niat Baik

26 Mei 2021   08:00 Diperbarui: 26 Mei 2021   08:27 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.freepik.com/photos/optimism

"Voluntas habetur pro facto: Kemauan itu baru diperhitungkan karena (ada) perbuatan."

Zaman dulu ketika peribahasa masih populer dan selalu dijadikan bahan pembelajaran oleh para guru, kita mengenal ungkapan: "Di mana ada kemauan di situ ada jalan". 

Agaknya, pepatah itu berasal dari pepatah bahasa Inggris: "Where there is a will, there is a way". 

Bapak dan ibu guru saya pada tahun 1950-an selalu mengulang-ulang pepatah itu di dalam ruang kelas Sekolah Rakyat, terutama jika ada peserta didik yang tampak tidak bergairah untuk datang ke sekolah atau malas mengerjakan PR. 

Para murid tidak hanya ditugaskan untuk mencatat peribahasa itu dan menghafalkannya, tetapi juga setiap saat harus siap jika diperintah guru untuk bercerita  di depan kelas berdasarkan peribahasa itu.

Pada zaman itu peribahasa tidak saja menjadi materi pelajaran bahasa Indonesia. Peribahasa disinggung dalam pelajaran Agama, Budi Pekerti, juga acap dikutip dalam pidato kepala sekolah pada saat upacara hari Senin.  Dengan cara seperti itu, konten peribahasa  itu menjadi sangat aplikatif  dalam kehidupan praksis para murid.

Ratusan peribahasa yang kita miliki dan mungkin lebih, sebenarnya  merupakan tekstualisasi dari local wisdom yang dimiliki sejak lama oleh para pendahulu kita.

Setiap orang, masing-masing, punya cita-cita yang ragamnya sesuai dengan minat dan bakatnya. Namun, tidak semua orang bisa mencapai cita-cita karena berbagai faktor. Seorang yang berbakat dan senang sastra dan bercita-cita untuk studi di Fakultas Sastra, bisa saja oleh dorongan orangtua ia kemudian harus menjadi seorang teolog. Kasus-kasus seperti ini banyak ditemui dalam kehidupan praktis.

Agama-agama memang memberi perintah kepada umatnya agar mereka bekerja keras mewujudkan cita-cita dan tidak hanya duduk manis bermalas-malas. Walaupun sesudah melewati perjuangan berat, cita-cita itu tidak tercapai, kita harus tetap optimis untuk tetap bekerja dengan baik di bidang apapun. 

Hal yang paling penting adalah pekerjaan di bidang apapun yang kita lakukan, kita melakukannya dengan tanggung jawab, sukacita, dan bersyukur kepada Tuhan, sehingga pekerjaan itu bermakna bagi masyarakat luas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun